Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa; Menyatukan dan Memecah

4 Maret 2018   17:03 Diperbarui: 4 Maret 2018   17:45 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: nationalgeographic.co.id

Menurut KBBI bahasa adalah sistem lambang bunyi yang abitrer, digunakan masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam hal ini Keraf Smarapradhipa (2005) mendifinisikan bahasa dalam dua pengertian.

Pertama, bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa sebagai sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbiter.

Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo: 2001). Masih banyak pengertian dari para ahli bahasa terkait apa itu bahasa.

Belakangan ini kita dimanjakan denganbanyaknya informasi yang kita terima setiap saat. Hal itu terjadi berkat kemajuan tekhnologi, setiap saat media online maupun sosmed kita akses. Harus diakui kemajuan tekhnologi merupakan hasil komunikasi, dan disitulah peran bahasa sebagai alat komunikasi.

Setidaknya semua ahli bahasa sepakat bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Melalui bahasa kita berinteraksi, mengungkapkan gagasan dan ide termasuk transfer ilmu yang dikemudian diterjemahkan menjadi benda-benda.

Hari ini merupakan hasil peradaban, dan bahasa ikut andil didalam peradaban. Saat ini kita memasuki era global 3.0 (Thomas L Friedman), sebuah era digital. Sebagaimana penulis katakandiatas, kita telah dimanjakan dengan segala jenis informasi yang kesemuanya menggunakan bahasa. Informasi yang disampaikan terkadang menghendaki respon berbeda. Ada penyampai informasi yang ingin penerima merespon dengan negatif dan ada pula sebaliknya.

Bila kita mengambil salah satu fungsi bahasa,dalam hal hal ini berfungsi sebagai alat komunikasi kehidupan maka dengan sendirinya bahasa akan mempengaruhi kehidupan kita. Baru-baru ini gubernur Jakarta, Anies Baswedan harus berhadapan dengan kelompok pro dan kontra hanya karena diksi yang dipilihnya 'pribumi'.Kelompok kontra mengatakan Anies melakukan rasisme, sesuatu yang dilarang dan melanggar kata mereka.

Tentu saja beragam pernyataan kemudian muncul, warga internet menanggapi isu rasis tersebut dengan kata-kata yang menunjukkan siapa dirinya. Belajar dari kasus pidato Anies, kita semakin paham bahwa bahasa sangat mempengaruhi kehidupan terutama kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita tak bisa menganggap remeh sebuah kata apalagi sebuah kalimat.

Perbedaan mazhab didalam Islam dan benturan didalamnya juga dipengaruhi bahasa. Hingga kini tidak ada Al-Qur'an tafsir dan tamsilan yang paling sempurna. Ruang itulah yang kemudian memasuki perbedaan para ulama berbeda dalam menetapkan sebuah hukum didalam Islam. Kasus penistaan agama oleh Ahok di Kepulauan Sribu juga menghasilkan polemik. Menariknya polemik terjadi diantara mereka yang digelari sebagai ulama. Mereka yang selama ini dianggap paling paham dan paling berilmu.

Itu artinya bahasa memang memiliki pengaruh bagi hidup dan kehidupan. Kiranya Ahok mengganti Al- Maidah:51 dengan ayat didalam injil, belum tentu ia kemudian diproses secara hukum. Bila kita kembali ke realitas masa lalu, momen 28 Oktober 1928 dijadikan momen penting bagi bangsa Indonesia.

Momen ini berusaha menyatukan sikap primordialisme, perbedaan bahasa dan suku harus dikikis untuk manfaat lebih banyak, persatuan Indonesia. Bangsa Indonesia harus bersatu saat itu, dan bahasa Indonesia merupakan salah satu penyatunya. Bahasa berperan penting bagi sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Soekarno, sebagai salah satu retoris terbaikIndonesia menggunakan bahasa yang penuh agitasi untuk menyatukan bangsa Indonesia.

Menghadapi Daud Beureueh saat itu Soekarno lebih memilih pendekatan bahasa. Soekarno menggunakan bahasa lisan dan bahasa tubuh sekaligus. Sekali lagi bahasa menunjukkan fungsi vitalnya bagi kehidupan terutama kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa sukses menyatukan Indonesia dan Aceh, bahasa juga berhasil menyatukan raja-raja se-Nusantara.

Sampailah kemudian kita pada saat era digital seperti sekarang ini. Menurut data Internet World Stats, dari 263 juta penduduk Indonesia, 132 juta diantaranya merupakan pengguna internet. Data itu sekaligus memberikan gambaran peluang bersatu dan terpecahnya bangsa ini sangat dipengaruhi internet. Hal itu sekaligus sebagaiperingatan kepada kita sebagai pengguna internet didalam berbahasa. Bahasa yang digunakan media, para tokoh politik dan publik figur sangatmempengaruhi nasib bangsa Indonesia.

Era digital memberi peluang penyebaran bahasa kebaikan dan kejahatan sama besar. Bahkan untuk kata 'pribumi' saja kita terus bertengkar di sosial media. Lagi-lagi kita berhadapan dengan tamsil dan tafsir yang berbeda serta dibumbui politik. Para ahli bahasa memiliki tanggungjawab memberi pencerahan, bila tidak dilakukan kita akan terus terpolarisasi dengan persepsi masing-masing.

Kongres bahasa Indonesia selanjutnya harusmampu menjawab kebutuhan pengguna bahasa. Harus mampu merumuskan persoalan perbedaan tafsiran sebuah kata, jangan sampai takdir bangsa Indonesia diakhiri oleh tafsiran bahasa yang salah. Wittgenstein mengatakan "batas bahasaku adalah batas duniaku", ia melanjutkan batasan antara binatang dan manusia dari bahasa yang digunakan.

Ibnu Khaldun dalam "Muqqadimah" mengatakan tanda berwujudnya peradaban ialah berkembangnya ilmu pengetahuan, bahasa didalamnya sebagai pengungkapan ide, gagasan, dan ilmu. Mengakhiri tulisan ini mari renungkan sejenak apa yang dikatakan Allah Azza Wa Jalla, terkait perbedaan suku, bangsa dan bahasa; "Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -- bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui lagi Maha Mengenal."(Q.S.49:13).

Semoga ayat ini dapat menjadi rujukan kitadalam berbahasa, berbangsa dan bernegara. Bahasa kita adalah akhlak kita, buruk atau baik. Tulisan ini merupakan tulisan saya yang telah dimuat serambi indonesia (19/11/207)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun