Menghadapi Daud Beureueh saat itu Soekarno lebih memilih pendekatan bahasa. Soekarno menggunakan bahasa lisan dan bahasa tubuh sekaligus. Sekali lagi bahasa menunjukkan fungsi vitalnya bagi kehidupan terutama kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa sukses menyatukan Indonesia dan Aceh, bahasa juga berhasil menyatukan raja-raja se-Nusantara.
Sampailah kemudian kita pada saat era digital seperti sekarang ini. Menurut data Internet World Stats, dari 263 juta penduduk Indonesia, 132 juta diantaranya merupakan pengguna internet. Data itu sekaligus memberikan gambaran peluang bersatu dan terpecahnya bangsa ini sangat dipengaruhi internet. Hal itu sekaligus sebagaiperingatan kepada kita sebagai pengguna internet didalam berbahasa. Bahasa yang digunakan media, para tokoh politik dan publik figur sangatmempengaruhi nasib bangsa Indonesia.
Era digital memberi peluang penyebaran bahasa kebaikan dan kejahatan sama besar. Bahkan untuk kata 'pribumi' saja kita terus bertengkar di sosial media. Lagi-lagi kita berhadapan dengan tamsil dan tafsir yang berbeda serta dibumbui politik. Para ahli bahasa memiliki tanggungjawab memberi pencerahan, bila tidak dilakukan kita akan terus terpolarisasi dengan persepsi masing-masing.
Kongres bahasa Indonesia selanjutnya harusmampu menjawab kebutuhan pengguna bahasa. Harus mampu merumuskan persoalan perbedaan tafsiran sebuah kata, jangan sampai takdir bangsa Indonesia diakhiri oleh tafsiran bahasa yang salah. Wittgenstein mengatakan "batas bahasaku adalah batas duniaku", ia melanjutkan batasan antara binatang dan manusia dari bahasa yang digunakan.
Ibnu Khaldun dalam "Muqqadimah" mengatakan tanda berwujudnya peradaban ialah berkembangnya ilmu pengetahuan, bahasa didalamnya sebagai pengungkapan ide, gagasan, dan ilmu. Mengakhiri tulisan ini mari renungkan sejenak apa yang dikatakan Allah Azza Wa Jalla, terkait perbedaan suku, bangsa dan bahasa; "Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -- bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui lagi Maha Mengenal."(Q.S.49:13).
Semoga ayat ini dapat menjadi rujukan kitadalam berbahasa, berbangsa dan bernegara. Bahasa kita adalah akhlak kita, buruk atau baik. Tulisan ini merupakan tulisan saya yang telah dimuat serambi indonesia (19/11/207)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H