"Seandainya, semua manusia memiliki kepekaan, maka dunia akan diselimuti sukacita dan kedamaian"
Di Indonesia jarang kita melihat seseorang menggunakan sepatu di dalam rumah. Perilaku ini sering kita jumpai di luar negeri utamanya negara-negara Eropa dan Amerika. Lantas, bagaimana jika orang Indonesia menggunakan sepatu di dalam rumah atau sedang bertamu ke rumah tetangga, saudara atau kerabat?
Beberapa waktu lalu, saya bertemu sekaligus berkenalan dengan seseorang. Dia baru saja menyelesaikan studi di luar negeri.Â
Kami berbincang singkat di teras depan. Dalam perbincangan ringan itu, tidak ada yang aneh darinya. Tutur kata serta sikapnya seperti manusia pada umumnya. Normal, cakap dan sedikit humor.
Setelah berbincang, orang itu masuk ke dalam rumah yang disulap menjadi kantor lembaga sosial. Ketika masuk ke dalam, orang itu tidak melepas sepatunya.Â
Sontak saya kaget melihat perilaku orang tersebut. Mimik wajah saya tampaknya diketahui salah seorang kawan yang duduk tepat di sebelah kanan saya. Kemudian dia nyeletuk begini, "Kita harus bisa menerima perilakunya. Dia kan bertahun-tahun tinggal di luar negeri," ucapnya.
Setelah mendengar ucapan itu, saya bergeming sambil mematikan rokok kemudian masuk ke dalam. Kembali menulis.Â
Di dalam ruangan, saya melamun sambil menatap layar komputer. Merenungkan perilaku dari seorang yang baru saja saya kenal sekaligus mengingat-ingat ucapan dari kawan saya tadi.
Saya bertanya dalam hati, orang baru itu asli Indonesia. Artinya, sejak lahir hingga menyelesaikan studi S1 di Indonesia. Setelah itu, ia melanjutkan studi S2 di luar negeri selama kurang lebih 4 tahun. Bagi saya, itu bukan waktu yang lama pake banget.
Namun, kenapa masih melekat budaya barat yang tidak cocok diterapkan di Indonesia? Apakah dia merasa benar memakai sepatu dalam rumah, takut kotor atau mungkin takut sepatunya dicuri? Saya tidak tahu.