Tak kuasa melihat paras cantik perempuan itu, Â lelaki mengambil kedua gelas bercorak tempo dulu berisi teh yang masih hangat. Terlihat kepulan asap membumbung tinggi keluar dari dalam gelas. Gagang gelas berisi teh dipegang oleh lelaki lalu ditiup perlahan-lahan. Aktivitas itu dilakukan berulang-ulang hingga teh dirasa cukup dingin, lalu diminumnya sedikit demi sedikit.
"Gimana tehnya, enak kan?" kata perempuan kepada lelaki.
Mendengar pertanyaan itu, lelaki mengeryitkan jidatnya lalu menjulurkan lidahnya keluar.
"Loh kenapa sama tehnya?" tanya perempuan sedikit takut
Lelaki itu hanya terdiam sambil mengibas-ngibaskan lidahnya. Lalu perempuan memandang wajah lelaki itu dengan seksama.
"Kenapa tehnya, pahit?" kali ini ia bertanya sedikit memaksa.
"Air putih dong, air putih" pinta lelaki tergesa-gesa.
Segera perempuan mengambil air putih lalu diberikan kepada lelaki. Ditegaknya dalam-dalam. Selang beberapa menit, lelaki itu memandang wajah perempuan dengan tatapan yang cukup serius. "Teh ku nggak enak ya? Atau kurang manis? atau apa?" ucap perempuan sedikit sendu.
Sambil menahan tawa lelaki tersebut mengatakan, "Teh buatanmu ini, enak sekali. Mirip dengan teh buatan ibuku".
Mendengar penjelasan singkat itu, si perempuan datang menghampiri lalu memukul pundak lelaki itu berulang-ulang sambil sedikit meneteskan air mata. Maklum, ia anak yang mudah menangis. Tapi bukan anak yang manja. Lelaki pun tertawa lepas sambil memegang kedua tangan perempuan.Â
Usai menegak teh dan menyantap mie instan yang kata dokter kalau dikonsumsi terus menerus dapat membahayakan kesehatan, keduanya mulai berbincang hangat sambil menyedot sebatang rokok kretek. Keduanya asyik berbincang dengan berbagai macam topik tentang kehidupan yang selama ini mereka alami dan rasakan.