Semua penggambaran tokoh dalam sinetron TOP menunjukkan warna-warni kehidupan orang di perkampungan. Inilah realita kehidupan di perkampungan. Beranekaragam. Bahkan, apa yang ditampilkan sinetron TOP nyaris sama dengan realitas sebenarnya.
Lebih lanjut, meski baru pertengahan tahun 2018 mengikuti sinetron TOP, penulis melihat ada perbedaan yang mungkin tidak banyak dihadirkan pada sinetron lainnya.Â
Paling utama adalah dialog yang dilontarkan sangat sederhana, tapi dalam dan tuntas dalam setiap adegannya. Lalu, perpindahan scene satu ke scene lainnya sangat apik. Artinya, tidak monoton dan tidak terlalu panjang. Detik atau menit berdialog langsung berganti. Hal ini membuat penonton terhibur dan tidak menjemukan. Ditambah, lokasi syuting yang benar-benar menunjukkan kehidupan di kampung. Sangat natural dan apa adanya.
Terakhir adalah pakaian yang digunakan sehari-hari beserta make up. Bisa dilihat cara berpakaian dan make up disesuaikan dengan karakter dari masing-masing pemeran. Tidak ada yang dilebih-lebihkan. Semuanya terlihat pas dan elegan. Menunjukkan wujud asli kehidupan orang yang tinggal di perkampungan. Â
Oleh karena itu, para sutradara atau dunia perfilman sebaiknya menanyangkan sinetron semacam ini. Selain menghibur, ada nilai yang disampaikan kepada khalayak. Jadi, tidak sekedar menonjolkan wajah dan make up saja. Bahkan sampai harus melupakan keaslian bangsa ini. Utamanya, penggunaan bahasa dan pemilihan teks yang dipergunakan dalam setiap episode per episodenya. Kira-kira begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H