Ini tanahmu juga
Rumah -- rumah yang berdesakan
Manusia dan nestapa
Kampung halaman gadis -- gadis muda
Buruh -- buruh berangkat pagi pulang sore
Dengan gaji tak pantas                 Â
Kampung orang-orang kecil
Yang dibikin bingung
Oleh surat -- surat izin dan kebijaksanaan
Dibikin tunduk mengangguk bungkuk
Ini tanah airmu
Di sini kita bukan turis
- Wiji Thukul -
==========================================================================================
Pagi itu (22/7/2018) setelan alarm pengingat jadwal yang aku catat di telepon genggamku berdering kencang. Lagu berjudul 'Kami Masih Muda' karya band Bunga Hitam membangunkan ku dari tempat tidur.  Aku terbangun lalu melihat layar telepon genggam itu bahwa nanti malam aku dan kelompok Sanggar Merah Merdeka (pendamping  belajar untuk anak-anak) bakal menggelar acara Hari Anak Nasional  bertema: 'Aku Pintar Karena Aku Bermain dan Belajar'. Tag line yang cukup menarik. Alasannya sederhana, ada kata bermain.
Aku tersenyum dan hatiku cukup senang saat itu karena masih ada rasa kepeduliaan terhadap kondisi anak-anak, utamanya anak-anak yang belum dapat mengeyam pendidikan secara layak. Â
Sebelumnya, kami bersama anak-anak kampung Tales 07, Wonokromo Surabaya giat berlatih agar acara yang nantinya digelar bakal sukses dan mampu membuat orang terhibur dengan aksi kocak serta lucu dari anak-anak tersebut. Mereka berlatih tari-tarian daerah, drama, puisi, dongeng dan lagu-lagu khas Suroboyo salah satunya lagu rek ayo rek yang akan dinyanyikan oleh ibu-ibu.
Ada banyak cerita unik dan menarik ketika melihat anak-anak yang mayoritas masih duduk di bangku sekolah dasar itu berlatih. Hanya saja, suasana tempat kami berlatih terbilang kurang mendukung. Sebab, anak-anak tersebut berlatih di dalam balai RW/RT yang ukurannya boleh dibilang sangat kecil dan sedikit pengap.Â
Lalu, di depan balai tersebut terdapat berbagai macam rupa benda mulai tumpukan barang bekas, jajaran sepeda motor, becak dan timbangan. Tak ketinggalan warung kopi selalu menemani kami dibalik padatnya kampung tersebut.
Sesekali jika anak-anak bosan, kami bernyanyi atau bermain tradisional bersama-sama sebagai pencair suasana atau melepas penat.
Awan cerah perlahan-lahan mulai redup. Terlihat taburan bintang-bintang bertebaran di langit. cuaca malam itu cukup cerah. Terdengar suasana anak-anak riuh berlari kesana kemari. Bermain dan bermain -- berlari dan berlari. Saling olok mengolok -- saling tertawa dan bercanda. Ada yang menangis ada yang tertawa lepas. Tak kalah semangat, sembari memegang cermin, ibu-ibu sibuk memoles wajah mereka sendiri maupun beberapa anak yang akan tampil.Â
Kira-kira seperti itu suasana malam sebelum anak-anak unjuk kebolehan dalam memperingati Hari Anak Nasional di depan orang tua, teman sebayanya maupun warga setempat.
Pertunjukkan pun dimulai. Selama penampilan anak - anak sangat percaya diri. Penonton pun dibuat tertawa. Itu terlihat dari raut wajah mereka yang tampak sumringah. Sejenak melupakan kepedihan realita kehidupan yang penuh dengan perjuangan. Dan tak terasa, waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Pertanda acara peringatan HAN telah berakhir.
Kami langsung bergerak membereskan barang-barang bersama-sama. Dengan senang hati kami semua menyelesaikan tugas dan tanggung jawab kami masing-masing. Dan acara boleh terbilang sukses.
HIDUP Bersama Orang KecilÂ
Seusai acara, saya merenung lalu mengucap syukur kepada Tuhan atas kebaikannya padaku dan anak-anak itu. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur karena bisa terlibat langsung dengan anak-anak dan warga kampung Tales RT 07, Wonokromo Surabaya.
Setidaknya, ada banyak pelajaran hidup yang dapat aku ambil selama mengikuti serangkaian acara HAN malam itu. Berbagi keceriaan dengan sesama, belajar menerima dan menghargai perbedaan, menerima dan memahami kondisi ekonomi dan lingkungan sekitar yang berdesak-desakan, bersabar saat melatih anak-anak yang notabene sulit diatur dan yang paling utama bersyukur karena Tuhan menunjukkan realita kehidupan sosial yang sebenarnya.
Bahkan, dengan kondisi sangat terbatas dan sederhana itu, kami mampu menggelar acara HAN dengan sukacita, damai dan sejahtera. Tidak ada paksaan, tipu muslihat, ataupun hal negatif lainnya yang memperkeruh suasana sederhana malam itu.
Sekalipun rumah-rumah berdesakan, kondisi lingkungan tidak mendukung serta menggunakan properti seadanya, kami semua dapat melewati acara dengan baik. Hal ini mampu dilewati karena mereka mampu menciptakan suka maupun senang dalam menjalani hidup meskipun faktanya, kehidupan mereka, tak seapik aksi anak-anak saat tampil di panggung.
Apa yang sudah dan akan kami lakukan bagi anak-anak ke depan memang sederhana, tetapi percayalah, kelak mereka tidak hanya pandai dari segi akademis tetapi juga pandai untuk menghargai sesamanya serta memahami kondisi sosial di setiap lingkungan yang akan mereka singgahi nantinya,Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI