Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menciptakan Kesederhaan dan Kebahagiaan di Tengah Himpitan

27 Juli 2018   10:56 Diperbarui: 27 Juli 2018   11:22 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini kita bukan turis

- Wiji Thukul -

==========================================================================================

Pagi itu (22/7/2018) setelan alarm pengingat jadwal yang aku catat di telepon genggamku berdering kencang. Lagu berjudul 'Kami Masih Muda' karya band Bunga Hitam membangunkan ku dari tempat tidur.  Aku terbangun lalu melihat layar telepon genggam itu bahwa nanti malam aku dan kelompok Sanggar Merah Merdeka (pendamping  belajar untuk anak-anak) bakal menggelar acara Hari Anak Nasional  bertema: 'Aku Pintar Karena Aku Bermain dan Belajar'. Tag line yang cukup menarik. Alasannya sederhana, ada kata bermain.

Aku tersenyum dan hatiku cukup senang saat itu karena masih ada rasa kepeduliaan terhadap kondisi anak-anak, utamanya anak-anak yang belum dapat mengeyam pendidikan secara layak.  

Sebelumnya, kami bersama anak-anak kampung Tales 07, Wonokromo Surabaya giat berlatih agar acara yang nantinya digelar bakal sukses dan mampu membuat orang terhibur dengan aksi kocak serta lucu dari anak-anak tersebut. Mereka berlatih tari-tarian daerah, drama, puisi, dongeng dan lagu-lagu khas Suroboyo salah satunya lagu rek ayo rek yang akan dinyanyikan oleh ibu-ibu.

Ada banyak cerita unik dan menarik ketika melihat anak-anak yang mayoritas masih duduk di bangku sekolah dasar itu berlatih. Hanya saja, suasana tempat kami berlatih terbilang kurang mendukung. Sebab, anak-anak tersebut berlatih di dalam balai RW/RT yang ukurannya boleh dibilang sangat kecil dan sedikit pengap. 

Lalu, di depan balai tersebut terdapat berbagai macam rupa benda mulai tumpukan barang bekas, jajaran sepeda motor, becak dan timbangan. Tak ketinggalan warung kopi selalu menemani kami dibalik padatnya kampung tersebut.

Sesekali jika anak-anak bosan, kami bernyanyi atau bermain tradisional bersama-sama sebagai pencair suasana atau melepas penat.

Awan cerah perlahan-lahan mulai redup. Terlihat taburan bintang-bintang bertebaran di langit. cuaca malam itu cukup cerah. Terdengar suasana anak-anak riuh berlari kesana kemari. Bermain dan bermain -- berlari dan berlari. Saling olok mengolok -- saling tertawa dan bercanda. Ada yang menangis ada yang tertawa lepas. Tak kalah semangat, sembari memegang cermin, ibu-ibu sibuk memoles wajah mereka sendiri maupun beberapa anak yang akan tampil. 

Kira-kira seperti itu suasana malam sebelum anak-anak unjuk kebolehan dalam memperingati Hari Anak Nasional di depan orang tua, teman sebayanya maupun warga setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun