Mohon tunggu...
DOMINIKUS JECONIA PAUL DA IRY
DOMINIKUS JECONIA PAUL DA IRY Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Belakang Panggung

28 Januari 2024   19:45 Diperbarui: 1 Februari 2024   19:30 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana di kelas begitu ramai, seolah-olah pasar yang dipadati pembeli. Hampir semua orang bersaing menjadi panitia untuk kegiatan lustrum yang akan berlangsung pada bulan Januari mendatang. Kegiatan tersebut akan menampilkan pertunjukan teater dengan tema budaya Sumatera. Nesto, seorang siswa, dengan antusias mendaftar sebagai bagian dari sound. Beberapa hari berlalu, Nesto rutin berlatih di kelasnya seperti biasa. Rymala, teman sekelasnya, mengajak Nesto yang memiliki rambut keriting untuk berpartisipasi dalam pertunjukan panggung. Setelah beberapa hari yang membosankan, Nesto memohon pada Ry untuk tidak ikut tampil di atas panggung. Nesto pun mengeluarkan sindiran dengan gerakan bibir dan suara,

            "Ry, kalau aku main di panggung, susah sambil mengatur lagu juga." Ry membalas dengan logat Papua,

           "Kalau kamu tidak ikut main, bagaimana mereka yang main batok kelapa nanti? Tong (mereka) kurang nanti, batok kelapa sudah disiapkan dua, rugi mereka buat toh?" Nesto, dengan logat NTT, juga membalasnya,

           "Kamu tahu apa? Capek bolak-balik, sedangkan kamu teriak-teriak macam ayam berkokok pas hari pagi kah apa?"

Ry akhirnya setuju untuk tidak tampil setelah sindiran cukup menyebalkan dari Nesto. Beberapa minggu berlatih, Nesto mulai merasa bosan seperti lautan tanpa kehidupan. Pada saat yang sama, penari-penari yang akan tampil juga tidak serius. Koordinator kelas mulai marah, dan adu mulut tak terhindarkan. Ry mencoba menegur,

             "Woi, latihan dengan serius sudah! Jangan main-main, saya pusing teriak-teriak ni." Teman kelas Alan memberi balasan,

              "Yaudah sih, kalau kamu pusing, ya tidur saja di sana! Sini, saya anterin sekalian, hahahahahah!" Tertawaan teman-temannya menghentikan latihan. Ry memanggil Pak Marcus, wali kelasnya, dan mereka berdua pergi ke kelas.

               "Saya minta semua murid yang merasa laki-laki ke ruang BK sekarang bersama saya. Aman, tidak ada Pak Fajar dan Bu Lis," ucap Pak Marcus. Semua pergi ke ruang BK. Nesto dan temannya, Ale, merasa panik dan tersesat di keramaian. Setelah masuk, Pak Marcus mulai berbicara,

               "Valen, Alan, Bintang, kenapa kalian tidak serius latihannya? Tinggal 1 minggu lagi persiapannya. Kita semua capek, yang mengoordinir kalian capek, perkap capek, stage manager capek, kalian yang menari dan tampil pun capek." Setelah mendengar teguran Pak Marcus, mereka menjadi hening seperti dunia yang kosong. Mereka merenungkan kata-kata tersebut. Semua murid laki-laki kembali ke kelas dan meminta maaf kepada teman sekelasnya. Semangat latihan pun kembali.

Hari H-1, panitia mengadakan gladi bersih. Semua angkatan kelas 10 bersemangat untuk latihan terakhir. Gladi bersih dipimpin oleh Bu Vina, guru seni budaya. Ry berbicara kepada teman-temannya sambil menunggu giliran,

              "Ayo, pasti bisa, tinggal besok. Latihannya yang benar ya, Valen, Alan, Bintang." Mereka semua menjawab dengan semangat. Nesto bersiap di belakang panggung untuk menyiapkan lagu.

Gladi bersih pun berlalu, Waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi Nesto tidak langsung pulang. Nesto biasanya nongkrong di asrama putra.

               “Hei Nesto! Apa kabar?” Ades bicara. Lalu balaslah Nesto; “Eh baik Ades.” Ades balas lagi;

               “ Tadi P5 lu ngapain aja?” Sambung Nesto;

               “Oh, gw bagian musik Des” Balas Ades lagi; “Ooh, semangat ya Nes!” Setelah berbincang sedikit dengan Ades, Nesto dihampiri oleh teman sebangkunya, Paul.

“Nes, Belum pulang kah? Sahut Paul, lalu Nesto membalasnya; “Belum Ul, gw mau ke gereja dulu. Biasa” Sambung Paul

“Alah Crembo aja terus sampe punya anak mah, ijin aja geh sama dia pu ketua.” Lalu mereka berdua lanjut berbicara sampai bel asrama putra berbunyi.

               “Eh dah bel ni, sa duluan ya Nesto Ganteng” Lanjut Nesto pergi ke gereja. Sesampainya di gereja, Nesto menyiapkan peralatan untuk livestreaming Misa Harian. Setelah menjalani tugas, Nesto langsung pulang dan tidur. Keesokan harinya, Nesto berangkat ke sekolah dengan semangat setelah menyelesaikan tugas di gereja. Ia mengikuti serangkaian acara lustrum pada hari tersebut. Setelah acara pembuka selesai, tiba saatnya untuk penampilan kelas. Kelas 10D menampilkan kebudayaan Papua, diikuti oleh 10C dengan kebudayaan Sulawesi. Kemudian, kelas 10E tampil dengan kebudayaan Kalimantan, dan selanjutnya kelas 10A, kelas Nesto menampilkan budaya Sumatera. Sebelum kelas 10E selesai, Nesto memasuki ruang guru untuk mengatur musik. Nesto berbicara dalam hatinya

               “Gw gugup banget cuk, gimana yah? Takut salah aku cuk.” Sepertinya Nesto dalam keadaan gugup. Waktu tampil pun tiba, Walaupun Nesto tidak tampil, Nesto tetap gugup. Tapi Ia bisa melawan rasa gugupnya dengan berdoa. Lalu ia dibantu stage manager yang bernama Aurel. Disitu ia mengkode Nesto untuk kapan saja ia memulai musiknya. Lalu setelah selesai tampil, Nesto segera bergabung dengan teman-temannya untuk mengambil makan siang di kelas. Sesampainya di Kelas, 1 kelas pada bergembira karena penampilan bagus dan tugas projek P5 yang panjang.

               “Wooooooooooo! P5 selesai gaaaaaaaaaaays. Aaaaahaaaaaay!” Teriak Valentino dengan suara cemprengnya yang keras. Semua pun tambah bahagia dan tertawa karena aksi Valen yang menggelitik perutnya. Lalu Pak Marcus datang ke kelas sambil memberi selamat dan makan bersama murid-muridnya. Selesai makan, Pak Marcus mengajak satu kelas untuk foto bareng.

               “Geris, Tolong fotoin dong! Pake kamera punya Chocho.” Sahut Pak Marcus.

               “Oke. Siap! Tiga, dua, satu.” Sahut Geris. Lalu Chocho berterimakasih pada Geris dan melihat hasilnya. Sesudah foto bareng, mereka lanjut beres-beres dan piket. Sambil menunggu doa dari centre, Pak Marcus memberikan pengumuman untuk kelanjutan proyek P5. Sesudah doa, mereka bergegas pulang dan Istirahat.

Tokoh dan Penokohan :

1. Tokoh Utama :
- Nesto : Anak asli NTT, orang yang sibuk, ramah

2. Tokoh Pembantu :

- Ry : Tegas, sangat antusias untuk Proyek P5
- Pak Marcus : Guru yang baik hati, kadang tegas
- Valen, Alan, Bintang : Murid yang terbilang nakal tapi baik
- Ades, Paul : Ramah, suka mengajak orang berbicara
- Bu VIna : Tegas, mengatur gladi bersih untuk P5
- Aurel : Stage manager yang membantu Nesto untuk menyiapkan musik
- Chocho : Murid yang memberikan kamera ke Geris
- Geris : Murid yang membantu memotret satu kelas

Amanat :

Cerpen ini memberikan amanat tentang pentingnya keseriusan dan tanggung jawab dalam menyiapkan suatu pertunjukan atau kegiatan. Teguran dari Pak Marcus menjadi pemicu perubahan sikap para murid yang awalnya kurang serius dalam latihan. Amanat ini mengajarkan nilai-nilai disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas atau proyek bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun