Keyakinan kelas. Keyakinan kelas berasal dari peraturan-peraturan yang bersifat 'abstrak' daripada peraturan pada umumnya, yang lebih rinci dan konkrit. Hal-hal penting dalam membuat Keyakinan kelas yaitu berupa pernyataan-pernyataan universal, Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif, Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas, Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan, Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas dengan berpendapat. dan bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Lima kebutuhan dasar manusia. yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Â setiap perilaku/tindakan manusia memiliki tujuan tertentu, dengan segala daya Upaya terbaik kita untuk mendapatkan apa yang inginkan.
Untuk itu sebagai pendidik, kita guru harus paham bahwa. Jadi Ketika seorang murid melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sesungguhnya disebabkan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka Dengan memahami 5 kebutuhan dasar manusia ini sebagai pendidik kita harus bisa menuntun murid untuk masuk dalam "dunia berkualitas" mereka dengan memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki
Posisi control. Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr.
William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Dan sebagai seorang pendidik maka peran kontrol yang harus diambil adalah Manager dimana guru melakukan sesuatu bersama murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Pada posisi manajer ini, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Di sini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana mencari solusi dan memperbaiki kesalahan yang ada atas dasar keyakinan yang telah disepakati Bersama dan dipercayai sebagai nilai-nilai kebajikan yang universal.
Segitiga restitusi Dalam melakukan restistusi pada murid guru dapat menerapkan Segitiga restitusi yang mengacu pada tiga tahapan proses restitusi yaitu Menstabilkan Identitas (Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan), Validasi Tindakan yang Salah (Semua perilaku memiliki alasan) Menanyakan Keyakinan (Kita semua memiliki motivasi internal). Dimana tujuannya adalah sebagai  proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif. 2023].
Dalam mempelajari konsep konsep inti dalam Upaya menerapkan budaya positif ini saya sebagai guru mendapat pencerahan baru ternyata dengan memberikan reward atau penghargaan juga ternyata merupakan hukuman kepada siswa. Juga bahwa hukuman dan penghargaan juga tidak membangkitkan motivasi internal pada murid keduanya memiliki kesaaman bahwa murid melaksanakan dan mentaati aturan karena faktor eksternal anak takut akan konsekuensi dan hanya ingin mendapat hadiah atau penghargaan dari guru
Oleh karena itu maka seorang guru harus bertindak sebagai seorang manager dalam membangun kolaborasi Bersama murid dalam menciptakan budaya positif.
Membangun budaya positif ini dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas/sekolah Bersama Murid yang diambil dari peraturan-peraturan sekolah yang telah ada dan diyakini ada nilai-nilai kebajikan dari peraturan tersebut yang dipercayai dapat memperbaiki laku dan karakter mereka menjadi lebih baik sesuai denga profil pelajar Pancasila.
Menyadari akan hal tersebut sebagai Calon Guru Penggerak yang telah melaksanakan pembelajaran Budaya positif maka saya mencoba mengejawantahkan ilmu yang telah saya dapatkan tersebut dengan melakukan Diseminasi Positif dengan Rekan-rekan guru di Lingkup SMK Negeri 1 loli dengan harapan bahwa lewat kegiatan ini dapat menambah pemahaman dari rekan pendidik dan tenaga kependidikan di linkungan sekolah tentang bagaimana menumbuhkembagkan dan mengimplementasikan  Budaya Positif di sekolah, khususnya dalam pembuatan keyakinan kelas dan restitusi. Sehingga dapat tercipta pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan serta berpihak pada murid. harapannya dari aksi yang saya lakukan ini tentunya perlu terus dilakukan agar terjadi pembiasaan yang pada akhirnya menjadi budaya yang positif sesuai dengan Hakekat
 Standar Pendidikan Nasional : "Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.Â