"Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati". Kalimat ini adalah sepotong sajak lama yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana seseorang mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama, saling pandang sambil tersipu malu, pipi bersemu merah jambu dan lain-lain.Â
Tetapi kali ini kita tidak membahas tentang sebuah sajak. Kita juga tidak membahas tentang sebuah ekosistem yang terdiri dari lintah, sawah maupun kali. Tetapi ada suatu hal yang senantiasa menjadi momentum khas bulan Februari setiap tahun. Ya, tanggal 14 Februari yang biasa dikenal sebagai hari kasih sayang, Valentine Day, hari unuk merayakan cinta.
Secara umum, Valentine Day merupakan saat dimana setiap orang secara istimewa saling menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang kepada orang-orang istimewa yang mereka cintai. Mulai dari pasangan kekasih, suami-istri, orang tua-anak, sahabat, rekan kerja dll.
Berbagai bingkisan istimewa pun disiapkan, berupa kartu ucapan, lirik lagu yang membuat klepek-klepek, bait-bait puisi paling indah yang membuat semacam rasa gatal-gatal di hati, bunga kesukaan, coklat favorit dan sebagainya. Semua bentuk pemberian mewakili satu intensi: Aku sayang kamu atau aku cinta kamu.
Bagi seorang remaja, perasaan jatuh cinta adalah sesuatu yang sangat istimewa. Bagaimana seorang remaja pria dan wanita satu irama saling mengagumi dalam lagu yang dapat dinyanyikan, saling memiliki ketertarikan dalam gelombang magnet beda kutub yang sulit digambarkan. Selanjutnya kedua kutub ini menarik mereka dalam kebersamaan menjalani hari demi hari. Demikianlah si remaja pria dan wanita kemudian menjalani masa pacaran, masa yang indah, terlampau indah sampai dunia seakan hanya milik berdua.Â
Waktu seakan terlalu cepat untuk sebuah pertemuan dan begitu lama untuk sebuah perpisahan. Masa indah yang memabukkan sampai makan pun tak kenyang, mandi tak basah, terbakar tak hangus. Inilah masa kegilaan di mana seseorang bisa senyam-senyum berhadapan dengan buku pelajaran, meja, tembok, lampu, atap rumah, bahkan kegelapan malam.
Tetapi dari mana asal rasa cinta? Dari mana sumber perasaan yang membuat seseorang begitu terbuai dalam dunia memabukkan yang kadang tak dimengerti itu? Benarkah rasa cinta itu dari mata turun ke hati? Padahal kita tahu melalui pelajaran biologi bahwa hati adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi dalam sistem pencernaan, sama sekali tidak berhubungan dengan sebuah perasaan.Â
Lalu, dari manakah perasaan cinta itu? Biopsikologi memberikan jawaban secara tegas bahwa cinta bukan dari mata turun ke hati. Cinta berasal dari indera naik ke otak. Kok bisa? Jadi kita ini jatuh cinta atau panjat cinta? Oke. Begini. Penjelasannya demikian.
Cinta berawal dari indera. Katakanlah dari indera penglihatan: mata. Proses berawal dari mata. Indra penglihatan menangkap obyek yang menarik, cantik, indah, lalu bayangan obyek yang ditangkap itu dikirim ke thalamus. Thalamus merupakan satu bagian dari otak, terdiri dari sejumlah pusat syaraf yang berfungsi sebagai pusat penerimaan untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik.Â
Data yang diterima lalu dikirim ke amigdala dan neo cortex. Amigdala adalah sekelompok syaraf yang berbentuk seperti kacang almond di otak, berfungsi dalam pengolahan data sensorik dan ingatan akan emosi. Sementara neo cortex atau otak logika, adalah otak berpikir yang mengumpulkan dan memahami hal-hal yang diserap oleh indera kemudian mengolahnya. Â
Cinta juga datang dari indera pendengaran: telinga. Suara yang enak didengar, apalagi suara itu merupakan kata-kata yang indah, pujian 'kamu ganteng, kamu cantik, kamu baik dll' dapat menjadi stimulus terhadap cinta. Dan sebagaimana pada mata, stimulus yang ditangkap indera pendengaran ini dikirim ke thalamus, lalu ke amigdala dan neo cortex.Â
Selain itu, stimulus bisa datang dari sentuhan. Berjabat tangan, atau bahkan sebuah senggolan kecil yang mengesankan. Intinya ketika indra menangkap stimulus lalu mengirimkannya ke thalamus, lalu diteruskan ke amigdala dan neo cortex, saat itulah kita merasakan cinta. Apakah sebatas itu? Tidak.
Ketika kita mulai merasakan cinta sejak pertemuan pertama, memori tentang si dia tersimpan di bagian otak yang dinamakan hipocampus, bagian yang berfungsi untuk mengingat dan menyimpan kenangan. Dan jantung pun berdebar setiap mengingat si dia. Saat ini terdapat tiga hormon yang turut bekerja. Ada seratonin, hormon yang mengontrol rasa jatuh cinta. Ada dopamine yang mengontrol rasa bahagia.Â
Lalu ada juga adrenalin dan norepinephrine yang mengontrol perasaan gugup, gelisah dan euforia. Hormon-hormon yang bekerja ini lalu mempengaruhi otak untuk bereaksi menunjukkan tanda-tanda orang jatuh cinta. Sulit konsentrasi karena yang ada hanya gambaran si pujaan, sulit tidur, bahkan serasa terdapat seribu kupu-kupu memenuhi perut sehingga menjadi kehilangan nafsu makan.
Beginilah sebuah proses jatuh cinta terjadi. Nah..., masih tetap bahwa jatuh cinta itu dari mata turun ke hati? Bukankah sekarang kita tahu bahwa cinta itu naik ke otak? Selamat merayakan kasih sayang, selamat menikmati perjalanan cinta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H