Selain itu, stimulus bisa datang dari sentuhan. Berjabat tangan, atau bahkan sebuah senggolan kecil yang mengesankan. Intinya ketika indra menangkap stimulus lalu mengirimkannya ke thalamus, lalu diteruskan ke amigdala dan neo cortex, saat itulah kita merasakan cinta. Apakah sebatas itu? Tidak.
Ketika kita mulai merasakan cinta sejak pertemuan pertama, memori tentang si dia tersimpan di bagian otak yang dinamakan hipocampus, bagian yang berfungsi untuk mengingat dan menyimpan kenangan. Dan jantung pun berdebar setiap mengingat si dia. Saat ini terdapat tiga hormon yang turut bekerja. Ada seratonin, hormon yang mengontrol rasa jatuh cinta. Ada dopamine yang mengontrol rasa bahagia.Â
Lalu ada juga adrenalin dan norepinephrine yang mengontrol perasaan gugup, gelisah dan euforia. Hormon-hormon yang bekerja ini lalu mempengaruhi otak untuk bereaksi menunjukkan tanda-tanda orang jatuh cinta. Sulit konsentrasi karena yang ada hanya gambaran si pujaan, sulit tidur, bahkan serasa terdapat seribu kupu-kupu memenuhi perut sehingga menjadi kehilangan nafsu makan.
Beginilah sebuah proses jatuh cinta terjadi. Nah..., masih tetap bahwa jatuh cinta itu dari mata turun ke hati? Bukankah sekarang kita tahu bahwa cinta itu naik ke otak? Selamat merayakan kasih sayang, selamat menikmati perjalanan cinta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H