Mohon tunggu...
Dominica PutriKartika
Dominica PutriKartika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Siswa kelas 12

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Korupsi Menjadi Kebiasaan Turun Temurun di Indonesia?

16 November 2022   22:06 Diperbarui: 16 November 2022   22:06 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Keserakahan
Dalam arti luas keserakahan berarti keinginan untuk memiliki sesuatu secara berlebihan. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi. Seseorang yang memiliki sifat serakah akan selalu ingin memiliki segala hal dan tidak peduli akan sekitar nya, melainkan kepentingan diri nya. Sifat serakah ini akan membutakan manusia sehingga dapat menjadi penyebab korupsi.

2. Kesempatan
Dengan adanya kesempatan, akan mempermudah untuk melakukan korupsi. Ketika ada celah, maka seseorang bisa mengubahnya menjadi kesempatan untuk menjadikan peluang korupsi. Kesempatan ini erat kaitannya dengan kekuasaan sehingga tidak heran apabila banyak petinggi negara yang mudah untuk melakukan korupsi. Seseorang akan lebih mudah melakukan tindakan korupsi karena adanya kekuasaan dan kesempatan serta didukung oleh rendahnya integritas.

3. Kebutuhan
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhannya masing-masing. Kebutuhan secara umum dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Namun, banyak masyarakat yang justru berfokus pada kebutuhan tersier yang seolah-olah menjadi kebutuhan primer dan akhirnya menyebabkan gaya hidup konsumtif. Banyak orang berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan tersier demi tampil mewah, ini lah yang akhirnya menjadi salah satu penyebab korupsi.

Ketiga hal diatas menjadi faktor kuat apabila seseorang melakukan tindakan korupsi dan menjadi alasan mengapa korupsi masih berkembang di Indonesia dari dahulu hingga sekarang. 

Dengan adanya korupsi tentu saja membawa banyak dampak negatif bagi negara, seperti melonjaknya kerugian negara, penurunan kondisi ekonomi, meningkatkan kemiskinan di masyarakat, dan lain sebagainya. Mengapa korupsi sulit sekali untuk dihentikan? Hal ini karena korupsi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia dan menjadi hal umum yang tidak mengherankan. Berikut beberapa alasan mengapa korupsi sulit menjadi budaya di Indonesia:

1. Menjadi bagian dari kekuasaan
Korupsi diyakini oleh masyarakat telah menjadi romantika kekuasaan sejak lama di Indonesia. Mulai dari penyalahgunaan uang negara yang melibatkan tokoh-tokoh pejabat yang seharusnya menjadi panutan, sehingga banyak masyarakat yang merasa kecewa. Namun sangat disayangkan hukum yang mengikat korupsi masih lemah, bahkan lembaga anti korupsi, peraturan perundang-undangan tidak bisa memberhentikan korupsi ini, banyak masyarakat yang akhirnya mengabaikan hal ini.

2. Kurang nya ketegasan hukum
Kurang nya ketegasan hukum dan lemah nya hukum akan membuat banyak oknum lebih leluasa dalam melakukan korupsi. Apabila korupsi yang terjadi tidak memberikan efek jera bagi pelaku maka menjadi pertanda lemah nya hukum suatu negara. Sebagai contoh sistem Birokrasi yang lambat dan berbelit-belit akan menciptakan celah bagi para oknum untuk melakukan korupsi.

3. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah akan cenderung lebih mudah tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Sebagai contoh moral yang lemah yaitu kejujuran, tanggung jawab, rasa malu, dan sebagainya. Moral dibina sejak kita kecil, apabila sejak kecil kita terbiasa untuk berbohong, tidak bertanggung jawab,dan mengambil hak orang lain maka lama-kelamaan akan memupuk moral menjadi lemah.

4. Pandangan sosial
Setiap daerah pasti memiliki pandangan sosial yang berbeda-beda, tetapi jika secara garis besar pandangan sosial terkait topik ini yaitu sikap masyarakat yang menghargai seseorang karena kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, akibatnya masyarakat berlomba-lomba untuk mewujudkan hal tersebut, sehingga hal ini dapat menyebabkan adanya korupsi. 

Selain itu sikap yang sering kali berada di masyarakat yaitu sikap partikularisme, sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk membantu dan membagi sumber pendapatan keluarga, sahabat, atau kelompoknya. Tekanan ini terkadang memaksa seseorang untuk melakukan tindakan korupsi demi mewujudkan perasaan akan kewajiban nya.

5. Gelapnya dunia politik
Masyarakat meyakini bahwa politik menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Saat ini banyak partai politik yang melakukan money politics. Money politics merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon untuk mempengaruhi masyarakat untuk memilih mereka dengan menyogok dan diberi imbalan. Hal ini dilakukan demi kepentingan pribadi maupun kelompok tanpa mementingkan sekitar, kebiasaan ini sudah mendarah daging dan sudah menjadi budaya bagi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun