3. Be Aware
Prinsip berikutnya merupakan sikap awas dan kesadaran penuh ketika menulis. Menurut Brian Carroll (2010) kesadaran tersebut digunakan agar penulis terhindar dari, plagiarism, stereotyping, oversimplifiying, menggeneralisasi, faulty logic, dan overuse of pronouns.
Beberapa hal tersebut sebaiknya dihindari karena membuat tulisan tidak otentik, membosankan, dan terlalu bias, tidak masuk akal, sulit dipahami.
4. Show and Tell
Prinsip berikutnya merupakan prinsip yang menempatkan pambaca sebagai seorang lawan bicara. Prinsip ini diambil dari tulisan Roy Peter Clark (2008) yang menitik beratkan pada derajat abstraksi sebuah tulisan. Ketika pembaca kesulitan membayangkan objek yang tertulis, maka deskripsi (atau kalimat) dalam tulisan itu masih perlu diperbaiki.
Seperti yang sudah disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa membaca itu serupa dengan mendengarkan. Seorang penulis sebaiknya menyediakan cukup kalimat bagi pembaca agar mampu memahami dengan utuh dan tepat.
5. Control the Pace
Masih berdasar pada tulisan Roy Peter Clark (2008), prinsip terakhir adalah mengontrol ritme tulisan. Menentukan ritme tulisan dapat dilakukan dengan menempatkan tanda baca dan panjang kalimat dengan cara-cara tertentu.
Jika ritme tulisan yang ingin dibentuk adalah cepat, maka gaya kalimat pendek atau frasa dapat digunakan. Misalnya, "Ingin menjadi mahasiswa berprestasi? Mudah. Caranya? Ikuti kami."
Namun jika ritme yang ingin dibentuk adalah lambat atau steady maka kalimat panjang dapat digunakan. Misalnya, "Apakah Anda ingin menjadi mahasiswa berprestasi? Jika iya, maka kami punya caranya. Yang Anda perlu lakukan adalah ikuti kami."
Kurang lebih seperti itulah ulasan kita pada kesempatan ini. Kelima prinsip tersebut jika dikombinasikan maka akan berpotensi menjadi rangkaian tulisan yang menarik, berkarakter, dan kuat. Oleh karena itu, selalu asah kemampuan menulis dan jangan takut untuk gagal!
Daftar Pustaka