Mata pria paruh baya itu fokus menatap sejumlah lelaki dan wanita yang sedang bekerja di sebuah lahan dengan luas kurang lebih 1,5 hektare. Bisa disebut, cukup tajam sorot pandangannya. Meski saat itu hari amat panas terik sekira pertengahan September lalu.
Lelaki tersebut bernama Haji Saidi. Usianya 58 tahun. Petani sekaligus pemilik perkebunan tembakau di Lumajang, Jawa Timur. Ia terus menatap pekerjanya. Ada yang sedang membolak balik tanaman tembakau kering. Ada juga yang memasukkan ke dalam karung goni.
Tak lama, Haji Saidi menunduk lalu menatap wajah saya. "Semoga pemimpin Indonesia nanti, entah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, atau pun Prabowo Subianto, dapat membuat kebijakan terbaik yang masih terkait bagi kami para petani tembakau," kata Haji Saidi secara mantap.
Kita sama-sama tahu bahwa Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo telah resmi menjadi Calon Presiden (Capres). Dan seorang lagi: Prabowo Subianto masih sebagai Bakal Calon Presiden (Bacapres).
"Siapapun dari tiga orang tersebut yang bakal terpilih sebagai Presiden, harapan kami adalah mereka memperhatikan peningkatan kesejahteraan para petani tembakau seperti kami-kami ini," ujar Haji Saidi melanjutkan.
Bagi Haji Saidi --dan ratusan ribu petani tembakau lainnya di Indonesia---yang penting untuk mereka adalah jangan sampai kesejahteraan hidup serta pekerjaan mereka malah menjadi sulit di masa mendatang setelah munculnya Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan baru.
Ya, bagi saya memang wajar Haji Saidi menyuarakan aspirasi seperti itu. Ada sekitar 600 ribuan lebih petani tembakau tersebar di Indonesia. Mereka menjadi ujung tombak paling awal, di sektor hulu, hingga mampu memberikan andil bagi APBN Indonesia rata-rata 11%-13% selama lima tahun terakhir. Sejak tahun 2014, produktivitas pertanian tembakau selalu meningkat rata-rata 0,70%. Semua itu berkat kontribusi besar petani tembakau.
Bertani tembakau menjadi pekerjaan paling utama bagi Haji Saidi dan 600 ribuan petani lainnya di Tanah Air. Dari sub-sektor perkebunan tembakau inilah para petani tembakau itu mampu menyekolahkan anaknya dan memberi makan sehari-hari keluarganya.
"Anak saya ada 1 orang sudah jadi Sarjana Hukum. Yang 1 lagi masih kuliah, calon perawat. Mereka dapat kuliah dari usaha saya bertani tembakau ini. Dan ini adalah usaha turun temurun keluarga saya," ucap Haji Saidi sambil mengajak saya berpindah tempat berbincang.
Ternyata: bertani tembakau juga memberi dampak amat besar bagi kehidupan petaninya, selain juga ekonomi nasional. Artinya: sub-sektor perkebunan tembakau memiliki nilai lebih bagi lingkaran sosial dan pendapatan negara.
Ada kemanfaatan positif yang diperoleh dari sub-sektor perkebunan tembakau. Hal itu telah terbukti dalam kehidupan Haji Saidi. Bertani tembakau tidak dapat dipandang sebelah mata. Inilah yang penting diperhatikan oleh siapa saja dari ketiga calon pemimpin nasional masa depan.
Dari obrolan saya dengan Haji Saidi, saya juga tersadar bahwa tembakau bukan sekadar jenis tanaman dalam sub-sektor perkebunan. Namun juga mengandung nilai-nilai budaya dan warisan tradisi.
Dapat kita cermati di daerah-daerah sentra tembakau yang masyarakatnya masih kerap melakukan ritual budaya pra-menanam atau pasca-panen tembakau. Terlihat masyarakat begitu menghormati tanaman tembakau yang menjadi sumber pendapatan ekonomi mereka.
Bertani tembakau menjadi budaya yang terus dilakoni oleh masyarakat di daerah sentra-tembakau. Hingga tercipta warisan profesi--seperti kehidupan Haji Saidi. Hal ini menandakan bertani tembakau menjadi "idola" sejak masa lampau yang tak tergantikan.
Jika Capres Anies dan Ganjar maupun Bacapres Prabowo tidak merumuskan kebijakan yang pro-tembakau ke depan dalam visi misinya, maka tembakau sebagai medium penghasilan keluarga, akses pendidikan, pertumbuhan ekonomi negara, nilai sosial dan budaya, akan berada di ambang keruntuhan.
Siapa saja yang kelak memimpin Indonesia usai Pilpres 2024 harus menaruh sub-sektor perkebunan tembakau dalam porsi penting melalui kebijakan yang terbaik. Siapa saja yang memimpin Indonesia lima tahun ke depan harus berpihak pada nasib petani tembakau.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI