Mohon tunggu...
Dombel Door
Dombel Door Mohon Tunggu... Penulis - Konten Manajer Katapublik

Penulis yang manis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Apakah Kebijakan Presiden Selanjutnya Pro-Petani Tembakau

24 Oktober 2023   00:00 Diperbarui: 24 Oktober 2023   01:04 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani tembakau - Kompas.id

Ada kemanfaatan positif yang diperoleh dari sub-sektor perkebunan tembakau. Hal itu telah terbukti dalam kehidupan Haji Saidi. Bertani tembakau tidak dapat dipandang sebelah mata. Inilah yang penting diperhatikan oleh siapa saja dari ketiga calon pemimpin nasional masa depan.

Dari obrolan saya dengan Haji Saidi, saya juga tersadar bahwa tembakau bukan sekadar jenis tanaman dalam sub-sektor perkebunan. Namun juga mengandung nilai-nilai budaya dan warisan tradisi.

Dapat kita cermati di daerah-daerah sentra tembakau yang masyarakatnya masih kerap melakukan ritual budaya pra-menanam atau pasca-panen tembakau. Terlihat masyarakat begitu menghormati tanaman tembakau yang menjadi sumber pendapatan ekonomi mereka.

Bertani tembakau menjadi budaya yang terus dilakoni oleh masyarakat di daerah sentra-tembakau. Hingga tercipta warisan profesi--seperti kehidupan Haji Saidi. Hal ini menandakan bertani tembakau menjadi "idola" sejak masa lampau yang tak tergantikan.

Jika Capres Anies dan Ganjar maupun Bacapres Prabowo tidak merumuskan kebijakan yang pro-tembakau ke depan dalam visi misinya, maka tembakau sebagai medium penghasilan keluarga, akses pendidikan, pertumbuhan ekonomi negara, nilai sosial dan budaya, akan berada di ambang keruntuhan.

Siapa saja yang kelak memimpin Indonesia usai Pilpres 2024 harus menaruh sub-sektor perkebunan tembakau dalam porsi penting melalui kebijakan yang terbaik. Siapa saja yang memimpin Indonesia lima tahun ke depan harus berpihak pada nasib petani tembakau.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun