Salah satu unsur penguat ekonomi Indonesia berasal dari sub-sektor perkebunan adalah tembakau yang menaruh andil besar pada APBN.
Sekali lagi: fakta tersebut perlu dipertimbangan Prabowo dalam menyusun kebijakan bagi petani tembakau dan IHT yang mampu menyokong kesejahteraan.Â
Dengan kebijakan yang berpihak pada petani tembakau dan IHT maka Prabowo selangkah telah bersiap menempatkan Indonesia dalam kedudukan strategis di kancah global.
Besar harapan Prabowo dapat mencermati itu. Apalagi rekam jejaknya sebagai mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Ketua Dewan Pembina Pemuda Tani Indonesia.Â
Pasti Prabowo mengerti bagaimana pentingnya kesejahteraan petani dan kebijakan menguntungkan untuk IHT --kelak jika terpilih sebagai Presiden Indonesia.
Dengan pengalaman di organisasi petani, maka Prabowo seharusnya menyadari bahwa komoditas pertanian bukan sekadar sumber penghasilan ekonomi. Namun juga ada nilai sosial dan budaya meliputinya. Fakta itu pula juga berlaku dalam komoditas perkebunan tembakau.
Prabowo pasti mengetahui bahwa banyak masyarakat di daerah yang masih kerap menggelar tradisi adat terhadap komoditi pertanian ditanamnya. Itu pun terjadi bagi masyarakat di daerah sentra tembakau. Mustahil bila Prabowo  tidak pernah mengetahuinya.
Bahkan ada yang menjadikan bertani komoditas tertentu menjadi usaha turun temurun keluarganya. Termasuk di sini bertani komoditas tembakau.Â
Melalui bertani tembakau yang turun temurun inilah maka banyak keluarga petani tetap dapat menyekolahkan anaknya dan memberi makan keluarganya sehari-hari.
Apalagi ternyata tanaman tembakau merupakan komoditas potensial sebagai alternatif ketika di Indonesia mengalami musim kemarau panjang.Â
Sederhananya komoditas tanaman tembakau tetap dapat tumbuh berkualitas di musim kering sebab tidak memerlukan banyak air. Justru, menurut keterangan petani tembakau, kualitas daun tembakau makin lebih bagus ketika musim kemarau.Â