Sejak dilantik, ia langsung tancap gas menjalankan anjuran Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Prof. Jenderal Muhammad Tito Karnavian, Ph.D: rajin blusukan dan menemui berbagai pihak untuk belanja masalah serta solusi sekaligus membangun komunikasi dan sinergisitas.
"Setelah melihat pemetaan lapangan, apa yang disampaikan oleh Pak Menteri itu betul, kita harus turun dan seminggu ini kita juga sudah melakukan itu," katanya.
Berbagai pihak sudah ditemuinya, dari awak media, tokoh masyarakat, akademisi hingga para pemuka agama. Terik panas matahari tak menghentikan langkahnya demi kesejahteraan masyarakat "Seribu Sungai". Semua dilaluinya riang gembira. Ini terpancar dari semangatnya untuk kembali blusukan ke berbagai kabupaten/kota di Sulbar yang menyeruak saat berbincang.
"Di minggu ini, kita juga akan bergerak ke kabupaten yang lain, seperti di Majene, Polewari Mandar, nanti ke Mamuju Tengah, dan di Pasangkayu," ucap Sekretaris Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) itu.
Usai belanja masalah, Zudan sudah menyiapkan formula ideal untuk membangun Sulbar. Strategi utama yang diusungnya adalah penjenamaan (branding) dan pemasaran (marketing). Pengarusutamaan branding dengan mengubah pola pikir (mindset) para aparatur sipil negara (ASN). Tidak lagi menggunakan media sosial, baik milik pribadi maupun instansi, untuk mempromosikan para pejabat atau pimpinan, tetapi produk unggulan daerah.
"[Dinas] PTSP jangan mem-branding kepala PTSP-nya, tapi produk PTSP: perizinan tambang, perizinan batu bara, perizinan pasir, perizinan kelapa sawit. Itu yang di-branding, kemudahannya. [Dinas] UMKM [mempromosikan] produksi cokelat, produksi rotan, produksi kopi, itu yang di-branding, jangan buka tutup acara dari kepala dinasnya," tuturnya.
Sulbar termasuk salah satu daerah dengan ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, dari yang terkubur di dalam tanah ataupun laut hingga yang tumbuh dan berbuah di atasnya. Cokelat kopi, kelapa, cengkeh, emas, batu bara, dan minyak bumi, misalnya.
Sulbar juga memiliki aneka ragam kuliner khas, seperti jepa, golla kambu, sambusa, kue bikang, loka sattai, kue paso, kue kui-kui, pupu, kambeong, gogos kambu, lokasari, dan penja. Zudan hingga kini masih terus menggali apa yang layak untuk diusung sebagai ikon Sulbar. Para ASN pemerintah provinsi (pemprov) pun dipancingnya agar aktif mengusulkan berbagai produk khas berikut profilnya sehingga bisa mengangkat pamor daerah.
Ia tak asal dalam menentukan. Sebab, mempunyai efek berganda (multiplier effect). Zudan mencontohkannya dengan Kabupaten Sleman, DIY, yang terkenal karena menjadi daerah penghasil salak pondoh. "Bali punya salak bali, tapi sekarang kalah dengan salak pondoh."
"Yang kuat sekali branding-nya Palembang, pempek. Jambi-Bangka Belitung ada, tapi [orang tahunya] pempek dari Palembang, ya. Itu pemdanya menyediakan produknya dan itu diteruskan. itu harus dibangun, harus by design, enggak bisa dibiarkan," sambungnya.
Selain karena masyarakat asli yang mengetahui kulturnya, eks Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dukcapil Kemendagri) ini meminta para ASN Sulbar menyusun produk unggulan juga bertujuan stimulus jiwa wirausaha di lingkungan pemerintahan sekaligus menumbuhkan partisipasi dari bawah.