Banyak contoh kawasan wisata yang fungsi ekosistemnya memburuk akibat kunjungan wisatawan massal. Dalam bukunya Overtourism and Tourismphobia, Cladio Milano berbicara tentang dampak negatif yang sangat besar dari wisatawan di Venesia.Â
Kunjungan yang berlebihan merusak pemandangan dan fondasi bangunan bersejarah. Maladewa menderita masalah sampah karena semakin banyaknya wisatawan, sementara tempat pembuangan sampah terbatas.
Perubahan arah
Pemerintah harus mengkaji ulang arah pengelolaan wisata alam, khususnya terkait perlindungan keanekaragaman alam. Jangan sampai semua objek dijadikan wisata massal.Â
Destinasi yang mengandung kekayaan alam sebaiknya diubah menjadi wisata khusus untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem. Diperlukan penanganan dan pembatasan khusus untuk menghindari dampak negatif.
Pembatasan wisata khusus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi kualitas wisatawan yang berkunjung.Â
Kualitas mengacu pada wisatawan dengan daya beli tinggi dan kesadaran lingkungan. Keuntungan finansial diperoleh tanpa merugikan lingkungan. di sisi barat pepatah, orang kulit merah merebut dayung dua atau tiga pulau.
Salah satu contoh keberhasilannya adalah desa wisata vulkanik purba Nglanggeran yang berubah arah dari pariwisata massal menjadi berwawasan lingkungan berbasis komunitas.Â
Jumlah pengunjung memang berubah drastis, namun pendapatan justru meningkat. Inovasi dan manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan Nglanggeran.
Sangat disayangkan jika sumber daya wisata alam dikelola untuk keuntungan jangka pendek tanpa memperhatikan daya dukungnya. Kerusakan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki karena parah atau bahkan tidak dapat diubah.Â
Sedih rasanya membayangkan anak cucu kita hanya melihat keindahan, flora dan fauna dalam foto, namun belum bisa merasakannya dengan mata kepala sendiri.