Penyemprotan disinfektan ke orang langsung. Apakah efektif?
Seharian ini saya menyaksikan dilakukannya penyemprotan disinfektan langsung pada orang di lokasi-lokasi umum, bahkan dilakukan di jalan dan di pasar, dan ketika seseorang masuk gedung.Â
Cara penyemprotannya juga macam-macam, ada yang secara mandiri atau masuk ke dalam kotak sebelum masuk ruangan. Selain itu kita lihat setiap memasuki kantor juga dilakukan hal yang sama.Â
Saya sempat berdiskusi dengan Dr. Parani, WHO representative Indonesia dan beliau juga sama khawatirnya dengan saya. Bahwa penyemperotan disinfektan langsung ke tubuh kita.Â
Dalam tweet dr. Parani (@NParanietharan), 29 Maret 2020 jam 1.04 pm, beliau menyebutkan "Please do not Spray disinfectant on people" dan beliau juga menambahkan "it may be harmful".Â
Jadi pernyataan represintatif WHO Indonesia harus kita indahkan. Pernyataan dari perwakilan WHO ini juga sejalan dengan himbauan ke masyarakat oleh WHO bahwa lampu ultraviolet tidak boleh digunakan untuk sterilisasi tangan dan area kulit lain karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit.Â
Begitu juga menyemprotan alkohol atau klorin tidak akan menghilangkan virus yang sudah masuk ke dalam tubuh. Penyemprotan alkohol atau klorin berbahaya untuk mukosa mulut, hidung dan mata, jadi sebaiknya bahan ini digunakan untuk membersihkan permukaan peralatan rumah tangga atau kantor.
Kalau kita lihat lagi bagaimana virus ini menular dari satu orang kepada orang lain bahwa melalui droplet. Jadi virus bisa tertular langsung dari orang yang bicara keras, batuk atau bersin di depan kita dalam jarak 1 meter.Â
Selain itu secara tidak langsung jika droplet yang mengandung virus tersebut jatuh ke meja, sakelar lampu, gagang telepon, gagang pintu, atau lokasi yang biasa disentuh orang, maka hal ini juga bisa jadi sumber penularan.Â
Oleh karena itu yang penting kita harus benar memperhatikan bahwa tangan kita tidak menyentuh tempat-tempat yang orang lain juga menyentuh di luar rumah. Selain itu juga tangan kita yang belum jelas sudah menyentuh apa saja untuk tidak menyentuh mulut, hidung, atau mata.Â
Kita masih ingat bahwa salah satu dokter di China meninggal karena infeksi Covid-19 yang tertular melalui konjungtiva mata.Â
Salah satu penelitian yang dilakukan di China yang disampaikan di edaran WHO bahwa dari 75.465 pasien Covid-19 tidak ada yang melaporkan penularan melalui udara. Â
Tentu yang penting adalah cuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir. Secara umum memang sudah terbukti bahwa cuci tangan pakai sabun rutin bisa mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dan infeksi saluran cerna.Â
Memang jika tidak memungkinkan untuk cuci tangan pakai sabun kita dapat menggunakan hand sanitizer. Tetapi perlu diketahui bahwa setelah menggunakan hand sanitizer 5-6 kali kita tetap harus melakukan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
Jadi sekali lagi dengan melihat bagaimana infeksi ini menular dari satu orang ke orang lain, maka sebenarnya menggunakan disinfektan secara langsung tidak dibutuhkan bahkan jika disinfektan tersebut terhirup oleh kita atau terkena mata, tentu akan menimbulkan masalah kesehatan baik akut maupun jangka panjang.Â
Rekomendasi yang diberikan oleh WHO bahwa disinfektan dan kebersihan lingkungan bukan disinfeksi pada orang secara langsung. Selain itu penyemprotan disinfektan terlalu sering bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan harus dihindari.
Yang penting adalah adanya jaga jarak fisik (physical distancing) dan menghindari kontak dengan orang yang demam atau batuk atau pilek tanpa menggunakan masker.
Salam sehat,
Ari Fahrial Syam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H