Hal ini menunjukkan bahwa penguatan sektor peternakan lokal dapat memastikan ketersediaan pangan bergizi secara berkelanjutan. Bahkan, peternak lokal yang tergabung dalam Asosiasi Peternak Unggas Bintan dan Perusahaan Peternakan yang ada di Bintan, siap untuk menyediakan produk pangan seperti daging ayam dan telur unggas.
Ketiga, Pemberdayaan Ekonomi Lokal.
Dengan meningkatnya permintaan akan produk peternakan untuk mendukung program MBG, peternak lokal mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan peternak dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor peternakan dan industri terkait.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun sektor peternakan memiliki peran penting dalam mendukung program MBG, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi:
Pertama, Ketersediaan Sumber Daya.
Untuk memenuhi kebutuhan program MBG, diperlukan peningkatan populasi ternak. Indonesia telah mengimpor sapi perah dari Australia untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri.Â
Sebanyak 50 ekor sapi perah dari Australia telah tiba di Jakarta sebagai bagian dari inisiatif Presiden Prabowo Subianto untuk menyediakan makan siang gratis di sekolah-sekolah guna mengatasi malnutrisi.Â
Kedua, Kesehatan Hewan.
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyebar di beberapa provinsi Indonesia, termasuk Kepulauan Riau, dapat mengancam produksi ternak. Pemerintah telah meluncurkan program vaksinasi untuk menanggulangi wabah ini, dengan fokus pada vaksinasi hewan sehat untuk meningkatkan imunitas.Â
Meski demikian, pemerintah juga tampaknya perlu menjadikan urusan kesehatan hewan menjadi urusan wajib bagi pemerintahan daerah. Pasalnya, saat ini urusan ini masih menjadi urusan pilihan dan masuk dalam sub urusan pertanian. Padahal, kegagalan dalam mengatasi persoalan kesehatan hewan dapat berakibat fatal dalam membangun ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Ketiga, Distribusi dan Logistik.