Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 2005 hingga 2017, Indonesia mencatat 200 kasus flu burung pada manusia dengan 168 kematian, menghasilkan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 84%. Kasus-kasus tersebut tersebar di 15 provinsi dan 59 kabupaten/kota. Kasus terakhir dilaporkan pada tahun 2017 di Kabupaten Klungkung, Bali.Â
Meskipun penularan antar manusia belum terjadi secara signifikan, potensi mutasi virus H5N1 yang memungkinkan penularan antar manusia tetap menjadi kekhawatiran. Satu mutasi genetik saja pada virus ini dapat membuatnya lebih mudah menular antar manusia, yang berpotensi memicu pandemi.Â
Penyebaran Rabies
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies, seperti anjing, kucing, dan kera. Hingga April 2023, Indonesia mencatat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, dengan 11 kasus kematian.Â
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi wilayah dengan jumlah kasus kematian tertinggi akibat rabies.Â
Upaya pencegahan melalui vaksinasi hewan penular rabies terus dilakukan. Sebagai contoh, Kota Cimahi telah melakukan vaksinasi terhadap 1.785 ekor hewan penular rabies, terdiri dari 121 anjing, 1.657 kucing, dan 2 kera, untuk mempertahankan status bebas kasus rabies.Â
Tantangan dan Strategi Penanggulangan
Menghadapi ancaman zoonosis ini, Indonesia perlu menerapkan pendekatan "One Health" yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.Â
Kolaborasi lintas sektor antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan instansi terkait lainnya sangat penting untuk pengendalian penyakit zoonosis.Â
Beberapa langkah strategis yang dapat diambil dalam pengendalian zoonosis diantaranya adalah:
Pertama, Peningkatan Surveilans dan Deteksi Dini.Â
Memperkuat sistem surveilans untuk mendeteksi kasus flu burung dan rabies secara cepat, termasuk melalui pemeriksaan rutin di pasar unggas hidup dan pemantauan populasi hewan liar.Â
Kedua, Vaksinasi Massal.