Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tujuh Alasan Mengapa Pemberian Telur dalam Mengatasi Stunting

31 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 31 Desember 2024   20:10 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembagian telur ayam untuk anak stunting di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Pengendalian tengkes atau stunting merupakan tugas kita bersama. Hal ini mengingat, stunting bukan hanya mengancam keberlangsungan generasi penerus, tetapi juga menjadi simbol kesejahteraan masyarakat di sebuah daerah.

Di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau misalnya, pengendalian stunting dilaksanakan melalui konsumsi protein hewani berupa pemberian telur ayam dari CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan.

Upaya ini mulai rutin dilaksanakan sejak 24 Desember 2024 hingga sekarang. Bahkan, direncanakan, pembagian telur akan berlangsung hingga bulan Juni 2025. Sebagaimana yang tertuang dalam Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama antara Bupati Bintan dengan salahsatu perusahaan pemberi CSR.

Adapun total telur yang diberikan setiap pekannya berjumlah 1.200 butir telur dengan target anak stunting sebanyak 114 orang yang tersebar di 7 Puskesmas di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Meski jumlah ini belum menyasar ke seluruh Puskesmas yang ada di Bintan, paling tidak, upaya menggandeng CSR perusahaan patut kita apresiasi.

Peran perusahaan (swasta) dalam pengendalian stunting memang sangat diperlukan. Apalagi, ditengah terbatasnya anggaran di daerah.

Stunting adalah kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada anak-anak, yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka. Masalah ini memerlukan solusi komprehensif yang melibatkan pendekatan multidimensi, termasuk ekonomi, sosial, dan kesehatan.

Lantas, mengapa pilihannya adalah pemberian telur dalam pengendalian stunting?

Menurut penulis, terdapat tujuh alasan mengapa telur ayam menjadi pilihan yang tepat dalam upaya pengendalian stunting di daerah.

Pertama, Kandungan Gizi yang Lengkap.

Telur ayam adalah sumber protein hewani berkualitas tinggi yang mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, telur juga kaya akan vitamin A, vitamin D, vitamin B12, zat besi, zinc, dan selenium. Nutrisi-nutrisi ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak. Protein yang terkandung dalam telur membantu membangun jaringan tubuh, sementara zat besi dan zinc berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mencegah anemia yang sering dikaitkan dengan stunting.

Kedua, Mudah Diakses dan Terjangkau.

Telur ayam merupakan salah satu sumber protein yang relatif murah dan mudah didapatkan di berbagai wilayah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menjadikannya pilihan yang ekonomis dan praktis untuk masyarakat berpenghasilan rendah, yang sering kali menjadi kelompok paling rentan terhadap masalah stunting. Dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi atau ikan, telur memiliki harga yang lebih terjangkau tanpa mengurangi kualitas nutrisinya.

Ketiga, Mudah Diolah dan Diterima oleh Anak-Anak.

Telur ayam memiliki rasa yang netral dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang menarik bagi anak-anak, seperti telur rebus, telur dadar, atau omelet. Hal ini memudahkan para orang tua untuk menyajikan makanan bergizi yang disukai oleh anak-anak mereka. Selain itu, tekstur telur yang lembut juga memudahkan anak-anak untuk mengonsumsinya, bahkan bagi mereka yang masih dalam tahap belajar makan.

Keempat, Dukungan Bukti Ilmiah.

Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas telur dalam mengurangi risiko stunting. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2017 menemukan bahwa pemberian satu butir telur per hari kepada anak-anak usia 6 hingga 9 bulan selama enam bulan dapat secara signifikan meningkatkan pertumbuhan fisik mereka. 

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi telur membantu meningkatkan asupan protein dan mikronutrien penting yang mendukung pertumbuhan optimal.

Kelima, Intervensi yang Praktis dan Berkelanjutan

Program pemberian telur ayam sebagai bagian dari pengendalian stunting memiliki sifat yang praktis dan berkelanjutan. Telur ayam relatif mudah didistribusikan ke masyarakat. Bahkan, dalam jangka panjang, masyarakat dapat diajak untuk memelihara ayam sendiri sebagai upaya swadaya dalam memenuhi kebutuhan protein keluarga.

Keenam, Mendukung Ketahanan Pangan Lokal

Promosi konsumsi telur ayam juga berkontribusi pada pengembangan sektor peternakan lokal. Dengan meningkatnya permintaan telur, peternak ayam lokal dapat meningkatkan produksi dan pendapatan mereka, sehingga menciptakan efek positif pada perekonomian lokal. Hal ini sejalan dengan tujuan ketahanan pangan nasional, yaitu memastikan ketersediaan makanan bergizi untuk seluruh masyarakat.

Ketujuh, Menanamkan Kebiasaan Makan Sehat Sejak Dini.

Dengan menjadikan telur sebagai bagian dari pola makan anak sejak usia dini, keluarga dapat menanamkan kebiasaan makan sehat yang berkelanjutan. Kebiasaan ini penting untuk mencegah masalah gizi lain di masa depan, seperti obesitas atau malnutrisi. Anak yang tumbuh dengan asupan gizi seimbang cenderung memiliki tingkat produktivitas dan kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan demikian, pemberian telur ayam dalam pengendalian stunting adalah pendekatan yang efektif, praktis, dan berkelanjutan. Telur menawarkan kombinasi nutrisi yang lengkap, ketersediaan yang luas, serta harga yang terjangkau, sehingga menjadi solusi ideal untuk mengatasi masalah gizi di masyarakat. Dengan dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, program pemberian telur ayam dapat menjadi salah satu pilar utama dalam upaya menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan. 

Memastikan anak-anak mendapatkan asupan telur secara rutin tidak hanya membantu menurunkan angka stunting, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun