Kedua, Mudah Diakses dan Terjangkau.
Telur ayam merupakan salah satu sumber protein yang relatif murah dan mudah didapatkan di berbagai wilayah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menjadikannya pilihan yang ekonomis dan praktis untuk masyarakat berpenghasilan rendah, yang sering kali menjadi kelompok paling rentan terhadap masalah stunting. Dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi atau ikan, telur memiliki harga yang lebih terjangkau tanpa mengurangi kualitas nutrisinya.
Ketiga, Mudah Diolah dan Diterima oleh Anak-Anak.
Telur ayam memiliki rasa yang netral dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang menarik bagi anak-anak, seperti telur rebus, telur dadar, atau omelet. Hal ini memudahkan para orang tua untuk menyajikan makanan bergizi yang disukai oleh anak-anak mereka. Selain itu, tekstur telur yang lembut juga memudahkan anak-anak untuk mengonsumsinya, bahkan bagi mereka yang masih dalam tahap belajar makan.
Keempat, Dukungan Bukti Ilmiah.
Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas telur dalam mengurangi risiko stunting. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2017 menemukan bahwa pemberian satu butir telur per hari kepada anak-anak usia 6 hingga 9 bulan selama enam bulan dapat secara signifikan meningkatkan pertumbuhan fisik mereka.Â
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi telur membantu meningkatkan asupan protein dan mikronutrien penting yang mendukung pertumbuhan optimal.
Kelima, Intervensi yang Praktis dan Berkelanjutan
Program pemberian telur ayam sebagai bagian dari pengendalian stunting memiliki sifat yang praktis dan berkelanjutan. Telur ayam relatif mudah didistribusikan ke masyarakat. Bahkan, dalam jangka panjang, masyarakat dapat diajak untuk memelihara ayam sendiri sebagai upaya swadaya dalam memenuhi kebutuhan protein keluarga.
Keenam, Mendukung Ketahanan Pangan Lokal
Promosi konsumsi telur ayam juga berkontribusi pada pengembangan sektor peternakan lokal. Dengan meningkatnya permintaan telur, peternak ayam lokal dapat meningkatkan produksi dan pendapatan mereka, sehingga menciptakan efek positif pada perekonomian lokal. Hal ini sejalan dengan tujuan ketahanan pangan nasional, yaitu memastikan ketersediaan makanan bergizi untuk seluruh masyarakat.