Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ayah, Kami Rindu : Sebuah Peristiwa Ketika Kami Kehilangan Seorang Ayah

15 Juli 2024   22:48 Diperbarui: 15 Juli 2024   23:04 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehilangan orang yang kita cintai, memang cukup membuat kita terpukul. Tidak terkecuali diri saya sendiri.

Karena kehilangan itu, kebiasaan saya menulis, ikut terkena dampaknya. Akibatnya, sudah hampir dua bulanan ini, saya "vakum" dari dunia kepenulisan. Di majalah Vetnesia misalnya (Majalah yang mengulas tentang dunia veteriner/ dunia kesehatan hewan), saya yang biasanya menulis minimal satu bulan sekali, saat ini benar-benar tidak menulis. Entah kenapa, inspirasi menulis itu benar-benar tidak muncul.

Akan tetapi, Jujur saja, menulis di Kompasiana ini adalah tulisan pertama saya di media. 

Akankah ini akan membuka jalan bagi tulisan saya yang lain? Harapannya sih begitu. 

Saya kehilangan orang tua (ayah), pada Hari Rabu Pon, 1 Mei 2024 hampir 1,5 bulan yang lalu. Saat itu, ia meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan yang sangat dahsyat. Mobilnya bertabrakan dengan truk pengangkut batu bara yang kebetulan sedang tidak bermuatan, melaju kencang di lintas Sumatera, dari arah Padang menuju arah Muara Bungo, Jambi. 

Bagi yang pernah mengetahui tentang truk batubara muatan kosong, tentu sudah bisa membayangkan, betapa "ugal-ugalannya" mereka. Pasalnya, mereka sedang mengejar target. Seakan menunjukkan sebuah realita, bagaimana caranya, harus Secepat mungkin tiba kelokasi pengangkutan batubara. 

Dengan harapan, ketika target tercapai, uangpun akan mereka dapatkan.

Tak pelak, mobil ayah hancur dan terbelah. Maklum, Mobil avanza yang dikemudikan ayah, tentu bukan tandingannya ketika bertabrakan adu kambing dengan mobil truk batubara.

Menurut informasi, truk itu sedang adu cepat (balapan) dengan truk lainnya. Namun, ketika sedang menyalip, ada mobil ayah yang muncul dari arah berlawanan. Sehingga tabrakan adu kambing pun tidak terelakkan.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, begitulah pepatah yang mungkin dapat menggambarkan situasinya saat itu. 

Tetapi keajaiban justru terjadi. Saya yang pagi itu sedang tidak sengaja menelp ayah, ia dengan suara nafas diujung telepon yang agak berat justru menyampaikan: ia barusan sedang kecelakaan, namun katanya beliau tidak apa-apa. 

Terbukti, Dalam tayangan video yang diunggah oleh netizen, ayah memang terlihat tidak apa-apa pasca kecelakaan. Walaupun mobil yang dikemudikannya terlihat hancur.

Singkat cerita, saya yang merasa telah tenang karena ayah kondisi baik baik saja, mendadak berubah. 

Setelah hampir 12 jam pasca kecelakaan, ayah yang sedang dirawat di Rumah Sakit, akhirnya mengeluh sakit dibagian perut. Walaupun badan utuh tidak luka, rasa sakit pada perut membuat tim dokter bersepakat, keesokan harinya, pukul 13.00 siang, ayah diputuskan akan dilakukan operasi pembedahan perut. 

Namun, belum juga operasi dilakukan, dihari berikutnya, tepatnya Pada Rabu Pon, 1 Mei 2024, pukul 11.10 WIB di ICU RSUD H. Hanafie, Muara Bungo, Jambi, ayah meninggal dunia.

Ayah yang bernama H. Suhartono Bin Mulyo Wiyono, meninggal dunia di Usianya yang ke 65 Tahun. Ketika meninggal, beliau masih menjabat untuk periode keduanya sebagai Ketua Umum Ikatan Muslim Kuamang Kuning (IMKK) Jambi. Sebuah organisasi masyarakat yang menghimpun keluarga besar umat muslim di daerah Kuamang Kuning, Jambi.

Selamat jalan ayah, semoga ayah meninggal husnul khotimah dan diampuni segala dosa-dosanya. Mungkin ayah tidak berkenan di operasi, disayat tubuhnya. Karena jangankan disayat, kecelakaan dahsyat seperti itu, tubuhmu tidak ada luka sama sekali. Sehingga engkau meninggal dengan kondisi jasad yang masih utuh. 

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. "Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia."

Selamat jalan Ayah, kami rindu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun