Kehilangan orang yang kita cintai, memang cukup membuat kita terpukul. Tidak terkecuali diri saya sendiri.
Karena kehilangan itu, kebiasaan saya menulis, ikut terkena dampaknya. Akibatnya, sudah hampir dua bulanan ini, saya "vakum" dari dunia kepenulisan. Di majalah Vetnesia misalnya (Majalah yang mengulas tentang dunia veteriner/ dunia kesehatan hewan), saya yang biasanya menulis minimal satu bulan sekali, saat ini benar-benar tidak menulis. Entah kenapa, inspirasi menulis itu benar-benar tidak muncul.
Akan tetapi, Jujur saja, menulis di Kompasiana ini adalah tulisan pertama saya di media.Â
Akankah ini akan membuka jalan bagi tulisan saya yang lain? Harapannya sih begitu.Â
Saya kehilangan orang tua (ayah), pada Hari Rabu Pon, 1 Mei 2024 hampir 1,5 bulan yang lalu. Saat itu, ia meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan yang sangat dahsyat. Mobilnya bertabrakan dengan truk pengangkut batu bara yang kebetulan sedang tidak bermuatan, melaju kencang di lintas Sumatera, dari arah Padang menuju arah Muara Bungo, Jambi.Â
Bagi yang pernah mengetahui tentang truk batubara muatan kosong, tentu sudah bisa membayangkan, betapa "ugal-ugalannya" mereka. Pasalnya, mereka sedang mengejar target. Seakan menunjukkan sebuah realita, bagaimana caranya, harus Secepat mungkin tiba kelokasi pengangkutan batubara.Â
Dengan harapan, ketika target tercapai, uangpun akan mereka dapatkan.
Tak pelak, mobil ayah hancur dan terbelah. Maklum, Mobil avanza yang dikemudikan ayah, tentu bukan tandingannya ketika bertabrakan adu kambing dengan mobil truk batubara.
Menurut informasi, truk itu sedang adu cepat (balapan) dengan truk lainnya. Namun, ketika sedang menyalip, ada mobil ayah yang muncul dari arah berlawanan. Sehingga tabrakan adu kambing pun tidak terelakkan.