Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Diidentifikasi oleh Google sebagai Pengarang | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pengalaman Berurusan dengan Laundry: Pentingnya Sebuah Pelayanan

17 Januari 2024   06:24 Diperbarui: 18 Januari 2024   11:06 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya terlibat sedikit masalah dengan salah satu tempat Penatu (Laundry) langganan saya. Pasalnya, ketika saya mau mengambil pakaian (setelah selesai di laundry), pihak laundry menyampaikan bahwa pakaian saya sudah tidak ada, karena menurutnya sudah saya ambil.

Sebagai pelanggan yang sudah lama, tentu pernyataan itu membuat saya cukup terkejut. Bagaimana mungkin, nota pengambilan cucian (laundry) saja masih ada di saya. Kok bisa-bisanya mereka bilang pakaian sudah saya ambil. Pernyataan ini saya lontarkan untuk mengingatkan bahwa nota sebagai bukti pengambilan masih saya pegang.

Berharap mereka segera mencari (melayani), ternyata yang justru malah ngegass! Seolah mereka yakin bahwa saya sudah mengambil pakaian. 

Mereka berdalih, banyak orang yang tanpa memegang nota, namun bisa mengambil cuciannya.

Nah, di sinilah letak persoalannya. Kebiasaan umum yang seharusnya tidak boleh terjadi (dalam sebuah manajemen), justru dimaklumkan sebagai sebuah kebiasaan yang biasa terjadi. 

Ini yang saya sesalkan. Manajemen di laundry tampaknya sedang tidak baik-baik saja.

Kemudian, seingat saya, saya termasuk orang yang punya komitmen pribadi bahwa tidak akan mengambil cucian, tanpa membawa nota. Artinya, dalam situasi apapun, jika nota masih ada di saya, maka pakaian itu memang belum saya ambil.

Tetapi kelihatannya keyakinan saya masih belum berhasil meyakinkan, apalagi, sang pemilik Laundry juga ikut terlibat dan semakin memanaskan suasana.

Oke baiklah, saya tidak mau berlarut dalam debat. Saya akhirnya mengalah, saya memilih untuk pamit dan memohon agar segera dihubungi jika besok ternyata pakaian saya ketemu.

Saya pun kembali pulang. Selain untuk menghindari perdebatan yang tidak perlu, saya juga sebenarnya mulai ragu, sembari memastikan kembali, apakah benar pakaian saya memang sudah saya ambil.

Setelah saya teliti kembali, tampaknya justru saya semakin yakin bahwa pakaian memang belum saya ambil. Buktinya, ada beberapa pakaian yang belum ada di lemari. Bahkan, Keyakinan saya semakin bertambah tatkala saya kerap memegang prinsip: diminta atau tidak diminta, nota pengambilan cucian selalu saya bawa dan saya berikan ketika akan mengambil pakaian.

Setelah yakin bahwa benar pakaian saya itu memang belum saya ambil, dua hari kemudian, saya putuskan ke kembali tempat laundry.

Dengan harapan pakaian saya ketemu, namun tampaknya harapan saya keliru. Yang ada justru: sang pemilik Laundry makin menunjukkan ketidak sukaannya. Aneh juga sih.

Menurutnya, saya dituduh pelupa. Karena mereka tetap berkeyakinan bahwa pakaian sudah saya diambil. Apalagi, infonya, pakaian saya sudah dicari tetapi memang tidak ada.

Ya sudahlah... saya pun juga akhirnya mengalah lagi. Tapi, beruntung, tanpa diduga, mata saya tertuju pada tumpukan aneh di sebuah sudut laundry. Saya yakin, itu pakaian saya.

Dan benar saja, ketika saya buka, saya menemukan pakaian yang selama ini dikabarkan sudah saya ambil namun ada ditumpukan itu. Saya pun bersyukur dan tidak perlu mempermasalahkan lagi persoalan itu. Apalagi hingga merasa "paling benar" karena pakaian yang saya laundry terbukti memang belum saya terima.

Sembari mengucapkan terima kasih, kemudian membayar sesuai tagihan, saya pun berpamitan. 

Akan tetapi, saat sampai rumah, saya justru kepikiran dengan persoalan pakaian itu. Saya pun menduga-duga. Apakah benar pihak penatu benar-benar tidak menemukan pakaian saya? Atau ada hal lain? Apalagi, pakaian saya juga kan tidak sedikit, beratnya saja lebih dari 8 kg.

Mengurai pentingnya sebuah pelayanan

Melalui tulisan ini, saya sejatinya hanya ingin berbagi. Bahwa, pelayanan dalam sebuah unit usaha harus menjadi hal yang diutamakan. 

Tidak boleh karena gengsi lantas mengabaikan sebuah kebenaran. Karena saya yakin, sebenarnya mereka mungkin sudah menemukan pakaian saya, tetapi karena gengsi, bisa jadi mereka mengabaikan fakta itu. Terbukti, saat saya menemukan pakaian, nyatanya mereka tidak ada yang menyampaikan permohonan maaf. Padahal, jika mereka benar-benar lalai, mereka pasti meminta maaf.

Dalam dunia pelayanan pemerintahan, saya juga kerap menemukan persoalan serupa. Banyak diantara kita yang masih mendewakan sebuah gengsi. Melakukan sebuah kesalahan, tetapi pantang untuk mengakui kesalahan itu.

Oleh sebab itu, bagi kita yang saat ini sedang bekerja melayani, termasuk sebagai pelayan masyarakat (Aparatur Sipil Negara), ada beberapa sikap yang harus kita miliki. Sikap tersebut diantaranya adalah:

Pertama, lakukan pelayanan prima

Dengan cara Memberikan layanan terbaik dengan ramah, efisien, dan melayani sepenuh hati. Jangan pernah mengubah prinsip sebuah manajemen, seperti mentolerir orang-orang yang tidak prosedural.

Dalam konteks pengalaman saya di sebuah tempat laundry, harusnya bagi Orang yang tidak memiliki nota pengambilan, tidak selayaknya diberikan kesempatan untuk mengambil pakaian.

Kedua, memiliki sikap keterbukaan

Bersikap terbuka terhadap berbagai masukan dan pandangan dari masyarakat. Jangan alergi jika ada kritik atau masukan. Alih-alih berusaha tertutup, kasus pakaian saya di laundry justru akan membuat masyarakat menjadi tidak percaya pada pelayanan kita.

Ketiga, biasakan menjunjung tinggi rasa kehormatan

Dengan cara menunjukkan rasa hormat kepada semua individu tanpa memandang status sosial. Rasa hormat juga perlu ditunjukkan untuk menghargai orang yang lebih tua dan hindari perdebatan yang tidak perlu. 

Keempat, memiliki rasa tanggung jawab

Dengan cara bertanggung jawab terhadap tugas dan keputusan yang diambil. Jika ada kebijakan yang salah, jangan sungkan untuk mengakui kesalahan.

Kelima, memiliki Keterampilan komunikasi yang baik dan mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif

Komunikasi yang baik juga akan menghasilkan pemahaman yang jelas, memperkuat hubungan interpersonal, mencegah konflik, serta mendukung kerjasama efektif dalam berbagai konteks, baik di tempat kerja maupun kehidupan sehari-hari.

Selain itu, manfaatkan teknologi komunikasi dan informasi agar seluruh pelayanan kita terbantu secara digital. Karena dengan teknologi, kasus seperti pengambilan tanpa nota atau menyerobot antrian dapat diminimalisir.

Keenam, memiliki sikap empati

Dengan cara memahami dan merasakan perasaan masyarakat yang dilayani. 

Sementara itu, rasa empati juga memungkinkan kita untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, memperkuat hubungan sosial, meningkatkan komunikasi, serta membantu dalam pemecahan masalah antarindividu. Empati juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung pertumbuhan positif dalam komunitas.

Ketujuh, memiliki sikap kejujuran

Menjunjung tinggi integritas dan kejujuran dalam setiap tindakan.

Di samping itu, kejujuran juga akan membangun kepercayaan, menjaga hubungan yang sehat, dan menciptakan lingkungan di mana orang dapat berkomunikasi dengan transparan. Jujur juga mencerminkan integritas diri dan memberikan dasar moral yang kuat.

Kedelapan, utamakan kerja sama tim

Bersedia bekerja sama dengan rekan kerja dan pihak terkait untuk mencapai tujuan bersama.

Untuk mewujudkan kerjasama tim yang efektif, komunikasi terbuka, saling percaya, dan tujuan bersama sangat penting dilakukan. Selain itu, memahami peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota tim, dan tetapkan tujuan yang spesifik juga menjadi bagian penting dalam sebuah kerjasama. 

Kesembilan, pemahaman terhadap kebutuhan masyarakat

Memahami kebutuhan dan harapan masyarakat yang dilayani. Lakukan komunikasi dua arah, jika perlu, lakukan evaluasi dengan cara membuka poling atau penilaian dari masyarakat terhadap pelayanan yang telah kita berikan.

Kesepuluh, profesionalisme

Menunjukkan sikap profesional dalam setiap aspek pekerjaan.

Di samping itu, bersikap profesional dalam pelayanan sangat penting karena mampu menciptakan lingkungan kerja yang efisien, meningkatkan reputasi individu dan perusahaan, serta memastikan kualitas hasil kerja yang konsisten.

Selain itu, sikap profesional juga membangun kepercayaan antarmitra bisnis dan memperkuat hubungan profesional.

***

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun