Waktu itu, Pilkada walikota Tanjungpinang digelar pada 27 Juni 2018 dengan calon walikota dan wakil walikota sebanyak 2 pasang.
Pasangan nomor urut 1 yakni Syahrul dan Rahma didukung oleh partai Golkar dan Gerindra melawan pasangan nomor urut 2 Lis Darmansyah dan Maya Suryanti yang didukung oleh partai PDIP, Hanura, Demokrat, PAN, PKPI dan PPP. Dengan pemenangnya adalah nomor urut 1 yakni Sahrul dan Rahma sebagai Walikota Tanjungpinang dan wakil walikota Tanjungpinang periode 2018-2023.
Pada Pemilu 2019, atau pemilu serentak pertama kali dalam sejarah demokrasi Indonesia, yakni Pilpres, Pileg dan Pemilihan DPD RI dijadikan dalam satu waktu.
Sebagai informasi, pada pemilu 2014, Pileg dan Pilpres dilakukan dengan waktu berbeda. Pileg dilaksanakan pada 9 april 2014 dan Pilpres dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Oleh sebab itu, sebagai anggota KPPS yang telah menjalankan tugas di pilkada, pemilu 2019 bagi saya merupakan pemilu terberat. Karena beban berat saat itu menumpuk dalam satu hari pelaksanaan pemilu.Â
Bayangkan, yang sebelumnya kita hanya menghitung pemilihan kepala daerah saja, saat itu harus menghitung hasil Pilpres, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kota. Sehingga wajar, jika saat itu di seluruh Indonesia terdapat 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.
Setelah pemilu 2019, saya kemudian kembali diberikan amanah untuk menjadi anggota KPPS pada Pilkada Gubernur tahun 2020. Saat itu, pilkada Gubernur Kepri dilaksanakan pada 9 Desember 2020.
Namun, pemilukada kali ini dalam situasi yang berbeda. Pilkada dilaksanakan dalam kondisi pandemi Covid-19. Beragam upaya untuk mencegah penularan Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi kami para anggota KPPS.
Pesta demokrasi yang sejatinya penuh dengan hiruk pikuk dan kumpul-kumpul, berubah menjadi senyap dan tidak diperbolehkan untuk berkerumun. Bahkan, kami sebagai anggota KPPS juga wajib menjalani pemeriksaan Covid-19. Hanya Anggota yang bebas Covid-19 yang diperkenankan untuk terlibat.Â