Meski ukuran kebutuhan biaya sangat subyektif, (tergantung pemeliharanya), namun sejauh ini belum ada pakan hewan pabrikan yang dibuat khusus untuk satwa liar. Kalaupun ada, tidak dikomersialkan secara luas.
Sehingga kebutuhan pakannya harus berasal dari daging (karnivora). Pemakan daging, atau satwaboga adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dan nutrisi yang dibutuhkan dari makanan berupa jaringan hewan, baik sebagai pemangsa maupun pebangkai.
Keempat, memelihara satwa liar membutuhkan perhatian yang lebih dari pemeliharanya.
Berbeda dengan hewan domestik, memelihara satwa liar dari sisi manajemen pemeliharaannya sejatinya membutuhkan usaha yang lebih tinggi. Pasalnya, hewan liar sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Seperti keramaian lingkungan sekitar.
Di alam terbuka, hewan jenis ini cenderung untuk mencari ketenangan dan sering berpindah tatkala ada perubahan cuaca. Ia akan menyesuaikan sesuai dengan kondisi yang nyaman bagi dirinya. Bahkan, hewan ini juga dikenal dengan hewan penjelajah.
Sehingga, dengan upaya pengurungan atau domestikasi, sifat-sifat ini harus disesuaikan. Jika tidak mampu bertahan, bukan tidak mungkin hewan tersebut justru akan mati.
Kelima, domestikasi diluar lembaga konservasi, justru membuat keturunan hewan liar tersebut menjadi berkurang dan punah.
Upaya konservasi yang telah dilakukan di lembaga konservasi (seperti kebun binatang dan taman safari), kadang menemui kendala dalam pengembangbiakan satwa liar. Apalagi jika dipelihara di rumah? Ini yang patut menjadi perhatian.
Mari kita bijak dalam memelihara hewan kesayangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H