Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mewaspadai Penyakit Antraks yang Kembali Merebak

5 Juli 2023   06:17 Diperbarui: 6 Juli 2023   10:32 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan ternak sapi, salah satu hewan rentan tertular Penyakit antraks (Dok. Pri)

Hewan dapat terinfeksi penyakit Antraks apabila memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora. Bahkan penyakit dapat timbul ketika spora mengenai bagian tubuh yang luka Terbuka. 

Sementara itu, hewan penderita juga dapat menulari hewan yang lain melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. 

Spora antraks dapat bertahan di tanah hingga puluhan sampai ratusan tahun lamanya. Spora ini hanya mati oleh pemanasan pada temperatur 100 derajat celclius selama 20 menit atau pemanasan kering 140 derajat celclius selama 30 menit.

Pencegahan Antraks

Melakukan pengetatan/pembatasan lalu lintas hewan dari daerah endemis antraks keluar daerah merupakan upaya pencegahan yang patut dilakukan. Pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala oleh dokter hewan juga perlu dilakukan.

Pada bangkai hewan yang terkena anthraks biasanya akan terlihat adanya darah yang keluar dari lubang-lubang kumlah seperti mulut, telinga hidung, dan anus. 

Darah tidak membeku dan biasanya limpa membesar berwarna merah kehitaman.

Bangkai hewan yang dicurigai menderita Antraks tidak diajurkan untuk dibuka (bedah bangkai). Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil darah dari telinga dan dibuat preparat ulas.

Penyakit antraks kerap menyerang pada hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia (Zoonosis).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun