Menurut informasi dari portal Kemkes.go.id, terhadap wabah yang sedang melanda di Guinea Ekuatorial, gejala klinis yang dialami kasus konfirmasi dan kasus suspek adalah demam, fatigue (mengalami kelelahan), muntah darah, dan diare. Sementara untuk wabah di Tanzania, gejala yang dilaporkan adalah demam, muntah, perdarahan, dan gagal ginjal. Atas merebaknya kasus ini, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit juga telah mengeluarkan Surat Edaran yakni SE Dirjen P2P No. HK.02.02/C/853/2023 tentang Kewaspadaan terhadap Penyakit Virus Marburg tanggal 28 Februari 2023.
Virus Marburg Pada Hewan
Menurut  Drh. Pebi Purwo Suseno sebagaimana dikutip dari Civas.net, Berdasarkan berbagai hasil penelitian, kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus) dari family Pteropodidae dianggap sebagai inang alami virus Marburg. Sebagai inang alami, kelelawar buah tidak menunjukan adanya tanda penyakit. Sehingga hal ini memungkinkan distribusi geografis virus Marburg dapat bersinggungan dengan sebaran kelelawar Rousettus di dunia. Namun hingga saat ini belum ada penyakit yang jelas pada kelelawar buah.
Selain itu, hewan monyet dan primata lainnya merupakan hewan rentan terhadap infeksi virus Marburg, namun hewan ini tidak dianggap sebagai inang reservoir karena mereka mati dengan cepat setelah terinfeksi. Tercatat monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda adalah sumber infeksi bagi manusia selama wabah Marburg pertama pada tahun 1967.
Sementara itu, hewan lain seperti babi, dalam sebuah studi inokulasi eksperimental dengan virus Ebola telah dilaporkan dan menunjukkan bahwa babi rentan terhadap infeksi filovirus dan mempunyai kemampuan untuk melepaskan virus. Sebagaimana diketahui bahwa virus Marburg merupakan satu dari 2 (dua) virus yang berasal dari keluarga Filovirus. Virus lain yang masuk Filovirus adalah virus Ebola yang lebih terkenal.
Oleh karena itu, babi harus dipertimbangkan sebagai inang penguat potensial selama wabah penyakit virus Marburg (MVD). Meskipun belum ada hewan peliharaan lain yang dikonfirmasi memiliki hubungan dengan wabah filovirus, sebagai tindakan pencegahan mereka harus dianggap sebagai inang penguat potensial sampai dapat dibuktikan sebaliknya.
Dengan demikian, tindakan pencegahan diperlukan di peternakan babi untuk menghindari babi terinfeksi melalui kontak dengan kelelawar buah. Infeksi semacam itu berpotensi memperkuat virus dan menyebabkan atau berkontribusi pada wabah virus Marburg.
Saran Upaya Pencegahan Pada Hewan
Mengingat penyakit ini adalah zoonosis yang juga memiliki kaitannya dengan hewan, maka upaya kolaborasi kesehatan sangat dibutuhkan antar lintas sektoral. Diantaranya adalah penguatan sinergi melalui konsep One Health (satu kesehatan), yakni kesehatan yang melibatkan bukan hanya sektor kesehatan masyarakat saja, tetapi juga melibatkan kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan.
Selain itu, upaya surveillans dan pengamatan terhadap reservoir seperti kelelawar buah, juga perlu dilakukan. Upaya ini untuk mendeteksi secara dini, terhadap berbagai kemungkinan penularan penyakit berasal dari hewan. Terlebih, sejatinya penyakit yang berasal dari hewan juga bukan hanya Virus Marburg saja. walakin, pemerintah melalui Kemenkes telah menyampaikan bahwa kemungkinan penularan penyakit ini masih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penilaian risiko cepat (rapid risk assessment) penyakit virus Marburg pada tanggal 20 Februari 2023 yang lalu di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H