Paguyuban atau perkumpulan penghobi hewan saat ini semakin merambah hingga ke berbagai daerah. Perkumpulan ini bahkan secara aktif melaksanakan pertemuan melalui sebuah ajang lomba. Salah satunya adalah penghobi burung berkicau atau burung gacor alias Gacoan.
Dari sisi kesehatan hewan, munculnya penghobi hewan ini merupakan sebuah hal yang positif. Selagi bukan burung yang dilindungi, hal ini juga dapat menjadi indikasi bahwa masyarakat mulai peduli terhadap hewan. Dampaknya, masyarakat juga akan mulai peduli dengan kesehatan hewannya.
Nah, bagi kamu yang saat ini sedang memelihara burung kesayangan, atau bahkan kamu sedang tergabung dalam perkumpulan atau klub burung tertentu, ada beberapa penyakit yang harus kamu ketahui.
Penyakit ini, bahkan ada yang patut diwaspadai karena efeknya yang berakibat pada kematian burung dan dapat menular ke manusia (bersifat zoonosis). Adapun penyakit pada burung yang wajib kamu waspadai adalah sebagai berikut:
Pertama, Psittacine Beak and Feather Disease (PBFD). Penyakit ini umumnya menyerang pada burung paruh bengkok seperti burung kaka tua, parkit, macaw, nuri, lovebird, dan betet.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang dapat menyebabkan pertumbuhan paruh dan bulu tidak normal, munculnya lesi, hingga gangguan kesehatan lainnya. Jika kamu memiliki lebih dari satu burung, sebaiknya waspada terhadap gejala penyakit ini. PBFD sangat menular bagi burung maupun jenis unggas lainnya.
PBFD merupakan penyakit non zoonotik yang disebabkan oleh Psittacine circovirus. Virus ini juga dapat menyerang organ vital burung paruh bengkok diantaranya hati, otak hingga sistem imun.
Secara umum, penularan penyakit ini disebarkan melalui food sharing saat burung saling meloloh, sekresi feses basah maupun kering dan partikel bulu/kulit.Â
Sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui peralatan makan, lingkungan, material sarang, peralatan, pakan dan media lainnya.Â
Masalahnya, virus ini mampu bertahan pada lingkungan, sarang hingga tahunan. Masa inkubasi penyakit PBFD mencapai 3-4 minggu hingga tahunan. Sebagian kasus ditemukan pada burung umur 2 tahun.
Oleh sebab itu, selain selalu menjaga kebersihan kandang dengan rutin menyemprotkan desinfektan pada kandang, upaya pencegahan dari penyakit ini adalah melalui perawatan berkala yakni dengan pemotongan kuku dan paruh, kontrol dan pengecekan abses bulu, kontrol breeding, peningkatan animal welfare (memberikan tenggeran yang tepat, rute naik turun atau dengan memberikan alat tambahan untuk menghangatkan badan) serta pemberian nutrisi yang baik dan vitamin.Â
Kedua, Infeksi Parasit. Bukan hanya pada hewan kucing atau anjing, nyatanya burung juga rentan mengalami infeksi parasit. Ada banyak infeksi parasit yang berpotensi mempengaruhi kesehatan burung. Baik ektoparasit (yang menyerang pada bagian luar burung), maupun endoparasit (parasit yang mampu menyerang hingga ke dalam tubuh burung).
Adapun parasit yang kerap menyerang burung dan termasuk dalam jenis ektoparasit antara lain tungau bulu (feather mites), tungau makanan (flour mites / grain mites), dan tungau merah (red mites). Sedangkan yang termasuk dalam endoparasit adalah tungau kantung udara (air sac mites). Jika kamu menemui penyakit ini pada burung kesayanganmu, konsultasikan kasus ini dengan dokter hewan untuk pengobatan lebih lanjut.
Namun, untuk pencegahannya, jagalah kebersihan burung, lingkungan, kandang/ sangkar, serta perlengkapannya. Lakukan pembersihan secara rutin. Termasuk, jangan biarkan sisa-sisa makanan yang berserakan dilantai. Karena sisa-sisa pakan yang berserakan di lantai dapat mengundang kedatangan burung-burung liar yang mungkin membawa parasit yang bisa menulari burung kesayangan kamu.
Ketiga, Infeksi Bakteri dan Jamur. Penyakit ini cukup sering dialami burung. Adapun jenis bakteri patogen yang paling sering dilaporkan pada burung sebagaimana dikutip dari merckvetmanual.com adalah bakteri gram negatif ( Klebsiella , Pseudomonas , Aeromonas , Enterobacter , Proteus , dan Citrobacter spp , Escherichia coli , dan Serratia marcescens ). Â Selanjutnya, Pasteurella spp juga telah dilaporkan sebagai agen septikemia pada unggas peliharaan, termasuk burung.Â
Sedangkan patogen bakteri gram positif yang paling umum adalah Staphylococcus aureus , S intermedius , Clostridium , Enterococcus , Streptococcus , dan Staphylococcus spp lainnya . Bahkan Mycoplasma spp sering menjadi penyebab dalam kasus sinusitis kronis, sering ditemukan pada cockatiel.Â
Di samping itu, bakteri Stafilokokus dan streptokokus (terutama strain hemolitik) dan Bacillusspp kerap menjadi penyebab dermatologis pada burung psittacine. Staphylococci sering diisolasi dari lesi pododermatitis (bumblefoot) pada banyak spesies unggas.
Sementara itu, jamur yang cukup berbahaya bahkan dapat menular ke manusia (bersifat zoonosis) adalah Kriptokokokis. Penyakit ini merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh jamur cryptococcus. Jamur ini hidup di alam dan terutama ditemukan di tanah dengan kotoran burung, dan dapat dengan mudah menyusup ke dalam tubuh manusia.
Â
Gejala yang kerap ditemui pada orang yang terinfeksi jamur ini adalah kelainan otak, yakni lupa akan sesuatu yang penting seperti lupa akan namanya sendiri dan lupa akan rumahnya. Dengan demikian, setiap kamu wajib mewaspadai penyakit ini.
Kemudian, jamur lain yang juga sering menyerang pada burung adalah tumbuhnya jamur atau bubul di kaki burung kenari. Dampaknya, burung Kenari menjadi tidak akan merasa aman saat bertengger di tangkringan. Jika kenari betina yang menderita penyakit ini biasanya saat ia dalam proses pengeraman menjadi tidak maksimal, dan jika kenari jantan yang menderita jamur bisa jadi ia malas saat berkicau.Â
Biasanya, kondisi ini disebabkan karena kebersihan burung dan kandang yang buruk. Tidak hanya itu, kondisi stres membuat imun tubuh burung menurun sehingga rentan terpapar bakteri.Â
Keempat, Gangguan Kesehatan Mata. Dalam beberapa kasus, burung cukup rentan mengalami kondisi gangguan mata. Mulai dari cedera hingga infeksi pada bagian mata. Mulai dari konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti uveitis, yakni munculnya peradangan pada lapisan tengah mata atau uvea, hingga katarak akibat kekurangan vitamin E.Â
Untuk itu, sangat penting bagi pemilik burung untuk selalu memeriksakan kondisi kesehatan burung dan pemenuhan nutrisi setiap harinya.
Kelima, Egg Binding. Kondisi Egg binding menjadi salah satu penyakit yang hanya dialami oleh burung betina. Penyakit ini merupakan masalah reproduksi pada burung yang menyebabkan burung betina tidak bisa mengeluarkan telur secara alami.Â
Umumnya, penyakit egg binding disebabkan pola makan burung yang kurang tepat sehingga menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral, seperti vitamin D, vitamin E, kalsium, dan selenium.
Pada umumnya, burung betina yang mengalami egg binding akan mengalami pembesaran pada bagian perut dan lebih sering menggoyangkan ekornya. Selain itu, burung juga akan mengalami penurunan keseimbangan. Segera konsultasikan ke dokter hewan jika burung betina kesayangan kamu mengalami beberapa gejala terkait egg binding.
Demikian beberapa penyakit pada burung yang sering ditemukan. Namun, sejatinya masih banyak penyakit lain yang perlu diwaspadai. Oleh sebab itu, jangan lupa, selalu jaga kebersihan dan periksakan secara rutin ke dokter hewan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H