Namun, kami hanya saling menyerang argument satu sama lain. Mulai dari traktiran sampai hal lainnya. Dan, lambat laun, satu persatu petugas shift pagi pun berdatangan. Begitu juga dengan temanku, Rika.
Aku pun langsung berteriak bebas setelah sekian lama berjuang mempertahankan kerahasiaan mimpiku itu. Tentu saja, teriakan itu hanya muncul di dalam hati. Bukan dalam mulut. Aku terlalu pemalu untuk berteriak.
OoOoOoOoOoO
Setelah operan kami semua selesai, petugas shift malam langsung balik ke masing-masing tempatnya. Di jalan pulang ke parkiran, aku masih berusaha melawan nego dari Mas Aldi. Kali ini, sudah berbagai metode yang dia terapkan, masih belum pantang menyerah. Aku pun coba buka sedikit demi sedikit, tapi tidak semuanya.
"Jadi gini, Mas. Aku tadi itu ketemu selebriti idolaku. Wajar toh, aku tersenyum puas. Kadang, nek, aku tidur itu, aku pasti doyan menggigau. Itulah sebabnya aku jarang tidur selama jaga malam. Takut itu kebongkar."
"Oalaaah. Ya, sampean ngomong ae, dok. Nek itu kan wajar, toh? Tak kirain ketemu pacar atau gimana. Masa sampe mesti nunggu 1,5 jam gini. Yo wis lah, dok."
OoOoOoOoOoO
Pagi ini adalah awal dari libur panjang yang aku dapat selama 5 hari. Entah kenapa, sistem jaga di sini sangatlah menyenangkan. Di sini, kami menganut penedekatan work hard play hard. Tidak seperti biasanya, setelah jaga ini, aku justru langsung bawa motorku ke belakang RS.
Kebetulan, RS kami letaknya dekat dengan kompleks pelabuhan. Bisa dibilang, tempat ini adalah tempat yang relatif dekat dengan latar yang ada pada mimpiku semalam. Di kota ini, pantai terdekat masih berjarak satu jam dari RS tempat kami.
Aku pesan segelas teh panas, minuman yang kami nikmati selama di mimpi itu. Benar-benar menyesuaikan dengan apa yang terjadi dalam mimpi tadi. Memang, dunia nyata tidaklah sesuai dengan alam mimpi. Namun, mencari yang sedikit lebih mendekati pun sudah dirasa cukup. Setelah semuanya tersaji, aku coba duduk dan mulai merancang apa yang sempat aku susun dalam memori.
OoOoOoOoOoO