Keesokan harinya, Ibu Rindang datang membuka kamar Gisca, terheran kenapa putri kesayangannya masih belum bangun seperti biasanya. Dia pun terkejut ketika mendapati Gisca sudah tidak sadarkan diri bersama dengan pisau dapur yang sering dia pakai. Sontak, dia pun langsung teriak dan turun ke bawah untuk melaporkan banyak orang. Semua orang pun terkejut mendengar berita itu. Mulai dari keluarga, rekan kerja, bahkan murid-murid yang Gisca didik di kota Arlegnone, begitu juga dengan Fritz.
Fritz pun datang tidak membawa Clara, belakangan diketahui bahwa hubungan Clara dan Fritz juga harus berakhir karena belakangan ini, ditemukan bahwa Clara juga selingkuh di belakangnya. Fritz merasa sangat terpukul, sebelumnya dia sudah ada niat untuk bertemu Gisca dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Dia sudah berjanji untuk menikahi Gisca dan membayar semua dosa-dosanya. Namun, semua sudah terlambat. Fritz harus rela menerima dua gadis yang dicintainya harus berpaling darinya.
Begitu juga dengan murid-murid yang diajari oleh Gisca sendiri. Bagi mereka, Gisca adalah guru yang sangat baik ke mereka. Dia dianggap sudah menjadi ibu kedua bagi murid-murid tersebut. Salah satu muridnya, Anton, sangat menangis, karena dia mengingat bagaimana indahnya senyum dari gurunya itu. Bisa dibilang, Gisca adalah guru yang membuat Anton semangat bersekolah lagi. Padahal, Anton dulunya sempat tidak berniat untuk sekolah karena diejek oleh guru sebelumnya dengan sebutan "anak bandel dan bebal yang tidak punya masa depan". Begitu juga dengan Lovina, cewek gemuk yang selalu malu tampil di depan umum. Gisca selalu memberikan semangat ke Lovina untuk selalu percaya diri.
Semuanya datang ke rumah Gisca tersedu-sedu memberikan penghormatan terakhir untuk orang yang selama ini telah berbuat baik pada mereka. Hingga, di satu titik, satu orang temannya, Nori pun datang dan berkata
"KENAPA KAMU EGOIS SEKALI, GISCA?? KAMU BIKIN KAMI SEMUA TERLUKA!"
Teriakan Nori itu membuat tangisan di ruangan kembali pecah. Tidak ada yang menyangka Gisca yang selama ini dianggap selalu baik untuk siapapun, harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Hanya karena masalah sepele, yaitu cinta. Tidak ada juga yang menyangka bahwa di balik senyum manis yang selalu Gisca berikan, tersimpan berbagai kerumitan yang tidak dapat diselesaikan.
Sampai jumpa, Gisca.
Semoga dunia tidak menemukan lagi Gisca yang katanya selalu ada di setiap 40 detik.
Dia yang hanya menyimpan masalahnya sendiri, tanpa berusaha cerita ke orang lain.
Dia yang terjebak anggapan bahwa mengakhiri semuanya akan membuatnya menjadi nyaman.
Dia yang hanya ingin didengar oleh teman dekatnya, bukan untuk mencari perhatian semata.