Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Merantau Bersama Tinta

29 Oktober 2017   08:31 Diperbarui: 29 Oktober 2017   08:46 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minangkabau, aku izin merantau dulu ya | sumber gambar : jabresnet.blogspot.com

Sebuah kota yang berjarak hanya 1 jam dari kota Padang jika menaiki mobil. Saya merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Sekarang ini, ayah saya awalnya bekerja sebagai guru olahraga di kampung, namun sekarang, lebih menggunakan tenaganya untuk bertani, beternak dan mengurus usaha laundry bersama ibu saya. Saya bertujuan untuk mendaftarkan diri bekerja di Yogyakarta karena saya pribadi memiliki passion yang bagus dalam menulis yang baru saja saya ketahui 2 tahun lalu. Sehingga, saya ingin mencoba beberapa pekerjaan yang dapat eksplorasi passion saya tersebut. Begitu, Mas."

"Hmm. Terimakasih, Mas Andi. Mungkin, akan lebih akrab, jika saya panggil Uda Andi kali ya? Hahaha."

"Saya terserah kok dipanggil apa saja, Mas Joko."

"Oke siap! Mbok kamu santai aja interviewnya. Kita gak akan nanya soal-soal kuliah kok ini."

"Mas Andi, terus terang, saya tertarik setelah membaca esai dari anda. Dari hampir semua pendaftar yang esainya saya terima, esai anda terkesan sangat orisinil. Apalagi tema yang anda angkat juga dibawakan dengan baik dan ada sedikit pendekatan yang entah kenapa saya kagumi disini. Bagi Mas Andi sendiri, bagaimana sih pendekatan yang anda lakukan dalam menulis? Karena jika saya perhatikan sendiri, esai anda bahkan artikel opini yang anda sebar di media-media memiliki pendekatan yang terkesan unik."

"Sebelumnya, terimakasih Mas Ari atas komplimen yang diberikan terhadap tulisan-tulisan saya. Sebenarnya, saya sendiri adalah orang yang paling tidak suka menulis, meskipun saya pribadi suka membaca. Entah itu, membaca koran, majalah atau buku yang bersifat non-fiksi. Orientasi dari saya untuk kuliah sendiri adalah saya ingin menjadi seorang guru atau jika tidak mungkin, saya hanya ingin menjadi pengajar. Pengajar apapun, entah itu siswa, atau bisa juga dengan orang tua sekalipun. Saya hanya punya mimpi untuk menjadi guru. Saya melihat apa yang dilakukan oleh ibu saya secara langsung ketika saya duduk di kelas 4 SD. Ibu saya mengajar dengan ikhlas dan memperlakukan siswa secara adil di kelas. Itu juga yang diterapkan oleh beliau ketika berada di rumah. Dia memperlakukan anak-anaknya dengan adil, jika ada kesalahan, pasti akan menegur dengan tegas."

"Mmmm. Menarik, namun, apa yang membuat anda beralih fungsi dan ingin menjadi penulis?"

"Terus terang, saya mengalami sebuah hal yang membuat saya ingin jadi penulis. Ketika saya berkuliah di Jakarta, saya waktu itu sedang dalam episode dimana saya mengalami kecanduan pornografi. Setiap minggu, pasti ada satu atau dua episode bagi saya untuk mengakses kebutuhan pornografi tersebut. Hal itu membuat saya merasa lelah, terutama mengingat pada waktu itu, nilai kuliah saya sempat turun dan sempat muncul dalam pikiran, untuk keluar kuliah dan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan. Ketika itu, seolah saya mulai dirasuki oleh maksiat waktu itu. Untung saja, waktu itu, saya tidak melanjutkan hingga berhubungan seks dengan para penjaja seks ketika itu.

Karena, jika saya punya banyak duit, mungkin pada fase itu, saya akan mencoba mampir ke tempat prostitusi dan mempraktekkan apa yang saya lihat di film-film itu. Namun, perlahan-lahan, saya mulai menyadari bahwa siklus setan itu dapat membuat saya lelah dan bosan. Saya pun mulai mencari jalan keluar. Seorang teman yang kebetulan tinggal di Yogyakarta pun menyarankan saya untuk menerapkan terapi menulis.

Saya pun mengawali semuanya dari membuat buku harian ibarat waktu SMP atau SMA gitu, namun saya kemas di blog dengan cara yang menarik. Hari demi hari, saya lanjutkan menulis, bahkan saya tidak hanya menuliskan apa yang terjadi, atau apakah ada picuan untuk kembali akses ke pornografi saja. Saya malah meneruskan menulis hal-hal lainnya, entah itu dari buku yang saya baca ataupun sebuah momen yang saya saksikan sendiri, entah itu film, sinetron atau berita terkini. Dari sini, saya mulai menyadari makna dari peribahasa Minangkabau yaitu "Alam Takambang Jadi Guru". Itulah yang membuat saya menekankan terhadap pendekatan yang bersifat reflektif karena sesuatu yang saya temukan pasti akan meninggalkan sebuah pesan dan kesan yang dapat bermanfaat kelak.

Dari sini, saya pun percaya bahwa apa yang saya lihat dan saya alami kelak, akan meninggalkan kesan yang berarti bagi saya kelak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun