Kedua, jadilah teman yang dapat memberi masukan yang bagus dan janganlah menjatuhkan mereka. Berikan solusi secara dua arah, yaitu solusi yang melibatkan teman tersebut, tidak hanya solusi yang kamu berikan.
Ketiga, jika kamu tinggal di sekitarnya, usahakan untuk menemaninya dalam jangka waktu yang lama, jauhkan teman kamu itu dari segala bentuk alat yang dapat merangsang teman itu untuk bunuh diri. Jauhkan dari senjata ataupun benda-benda tajam, senjata api (jika punya), racun serangga, bahkan jenis obat-obatan untuk mengurangi overdosis.
Keempat, kurangi sifat judging, atau menilai seseorang hanya karena sifat tersebut. Orang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri justru orang yang butuh bantuan, dia bukanlah orang yang lemah, namun mungkin saja ada masalah yang belum pernah dia hadapi dan dia bingung solusi apa yang harus dijalankan.
Jika kamu berada pada posisi stakeholder, ataupun mungkin pihak pemerintah, apa yang seharasnya kamu lakukan untuk mengurangi angka bunuh diri tersebut?
Pertama, perlunya perbaikan untuk hotline bunuh diri. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memang pernah memberikan pelayanan kesehatan jiwa per telepon di nomor (021) 500 454. Namun, beberapa bulan terakhir ini, saya coba telepon nomor tersebut, tidak ada sambungan sama sekali. Alangkah baiknya, nomor hotline tersebut diadakan kembali.
Kedua, perlunya situs atau aplikasi online yang melayani orang-orang dengan masalah kejiwaan minor, seperti depresi, panik ataupun hal lainnya dengan melibatkan kader kesehatan jiwa ataupun psikolog. Contoh tersebut sempat dipraktekkan oleh negara Inggris dengan membuka layanan surel (surat elektronik) bagi mereka supaya bisa konsultasi masalah kejiwaan yang mereka alami. Mungkin, contoh serupa bisa diterapkan di Indonesia dengan pembukaan aplikasi smartphone berbasis konsultasi yang aktif selama 24 jam dan tanpa pungutan biaya.
Ketiga, bagi daerah dengan akses teknologi yang kurang memadai, lakukan pengadaan klinik konsultasi jiwa, atau jika tidak memungkinan, lakukan program berupa Kader Kesehatan Jiwa, yang bertujuan untuk mendata warga dengan kemungkinan beresiko memiliki penyakit jiwa, ataupun melakukan tindakan promotif untuk mengurangi kecenderungan tersebut.
Oleh karena itu, terlepas dari apakah sebab kematian Oka itu dikarenakan bunuh diri atau tidak, mari kita wujudkan Indonesia terbebas dari tindakan bunuh diri! Dan, mari saling bantu membantu dan mendoakan orang yang punya pikiran untuk bunuh diri
Rest In Peace, Chester.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H