Bagi saya atau mungkin, beberapa orang yang memiliki pikiran yang sama, tentu saja masalah kejiwaan menjadi penyebab besar bagi orang untuk bunuh diri. WHO mencatat bahwa 95% orang yang bunuh diri itu memiliki masalah kejiwaan. Masalah yang paling sering dialami itu berupa gejala depresi, bipolar (mood yang sering berganti-ganti) dan juga PTSD (gejala stress pasca trauma, biasanya dialami setelah merasakan trauma besar, seperti kecelakaan lalu lintas ataupun bencana alam), bisa juga dari fobia, kecemasan atau gejala kecanduan zat adiktif.
Pada momen saya waktu itu, gejala yang paling sering saya alami yaitu depresi, tapi saya sendiri memiliki gejala kecemasan, terutama ketika berhadapan dengan orang atau ada hal yang cukup besar. Saya pribadi termasuk orang yang beruntung karena waktu itu, saya sendiri entah kenapa tidak ada keinginan untuk mengonsumsi minuman keras serta tidak memiliki senjata tajam ataupun senjata api.
Jika menilik kasus-kasus bunuh diri yang pernah terjadi, cukup banyak penyebab yang bisa didapatkan dari hal tersebut. Hal tersebut kebanyakan datang dari peristiwa yang menyedihkan, seperti putus dari pacar atau orang tersayang (bisa itu orang tua ataupun keluarga, perceraian, atau kehilangan kekasih karena kematian, ataupun juga dari pemberhentian dari tempat kerja yang menyebabkan neraca keuangan menjadi semakin berkurang, ataupun juga dari permasalahan dari keuangan, seperti usaha yang bangkrut ataupun terlilit utang dalam jumlah besar.Â
Dan, di zaman yang cukup memanfaatkan teknologi ini, penyebab bunuh diri dapat terjadi dari Internet. Mungkin, para pembaca sudah mengenal istilah cyber bullying yang dialami oleh tidak sedikit orang di Indonesia. Tidak hanya cyber bullying saja, ternyata ada media-media tertentu juga yang justru mempromosikan tindakan bunuh diri. Meskipun itu, ada faktor-faktor lainnya yang meskipun itu berada pada skala kecil dan dipertanyakan keabsahannya, dapat menyebabkan bunuh diri, seperti masalah tidur, kondisi geografis, bahkan kadar kolesterol pun bisa terjadi.
Pertama, coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketika kamu sudah berpikir untuk bunuh diri, berarti kamu sudah tidak mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepadamu. Lebih banyak beribadah dan konsultasi kepada Tuhan. Karena, apa yang kamu miliki itu semuanya milik Tuhan. Banyak-banyak meminta ampun kepada-Nya.
Kedua, coba cari tahu apa sebenarnya yang menjadi permasalahanmu. Cari akarnya, dan coba cerita dengan teman yang dirasa dapat kamu percaya untuk membantu mencari solusi yang terbaik. Tetapi, utamakan terlebih dahulu orang tua, karena orang tua adalah orang yang mengetahui dirimu sebelum teman-temanmu. Setelah itu, baru coba ke teman-teman terdekat. Jika, belum berjalan baik, bisa meminta bantuan kepada psikolog atau dokter spesialis kejiwaan untuk menemukan terapi terbaik.
Ketiga, cari apa kira-kira yang sudah menjadi kesukaanmu, dan selama itu berada di jalur yang diperbolehkan, jalani! Misalnya, kamu senang berbisnis, lakukan dengan jalan yang halal. Kamu senang menulis, tulis materi sebanyak-banyaknya selama itu ternoktah dalam pikiranmu. Do what you love and love what you do. Let everyone judge you, but as long as it's good for you, keep doing you!
Keempat, jika berada pada fase sulit, coba sediki berikan porsi di mana kamu bisa menyendiri terlebih dahulu. Pikirkan tentang tujuan hidup, pikirkan tentang inspirasi. Tidak mesti merenung di pojok rumah saja, bisa juga dengan berjalan-jalan sendirian ke tempat-tempat yang mendatangkan inspirasi, seperti kafe, tempat nongkrong ataupun wisata alam.
Kelima, jika ada masalah, cari cara yang membuatmu bisa melupakan masalah tersebut, bisa dengan tidur, bisa dengan yoga sebentar. Cari cara terbaik utnuk sekedar refreshing otak.
Jika kamu berada pada posisi orang yang merasa bahwa temannya berada dalam pikiran untuk bunuh diri, apa yang sebaiknya dilakukan?
Pertama, ingatlah, orang yang berada dalam pikiran untuk bunuh diri itu kondisi kejiwaannya sedang terombang-ambing, mereka merasakan bahwa mereka sudah tidak berguna lagi, sehingga membutuhkan kesabaran tinggi untuk mendengarkan ceritanya. Coba menjadi pendengar yang aktif dan dengan empati.