Mohon tunggu...
Sembodo Nugroho
Sembodo Nugroho Mohon Tunggu... Peternak - Master of Animal Science

Bersepeda adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya, dengannya bisa mendapatkan tubuh yang sehat, inspirasi baru untuk dibagikan dan menikmati kesegaran udara dengan bonus pemandangan nan indah...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa yang Manis Bikin Candu, Namun Berujung Menyakitkan?

25 Juni 2024   18:38 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa manis adalah salah satu dari lima rasa dasar yang dapat dirasakan oleh manusia, bersama dengan asin, asam, pahit, dan umami. Rasa manis umumnya dihasilkan oleh keberadaan gula atau senyawa yang menyerupai gula dalam makanan dan minuman.  Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa kimia, yang paling umum adalah gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Selain itu, ada pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan stevia, yang juga menghasilkan rasa manis tetapi memiliki struktur kimia yang berbeda dari gula. Pada lidah manusia terdapat sel-sel reseptor rasa yang mampu mendeteksi molekul manis.

Sel-sel ini mengandung protein reseptor yang dikenal sebagai T1R2 dan T1R3. Ketika molekul manis berikatan dengan reseptor ini, terjadi perubahan konformasi yang mengaktifkan jalur transduksi sinyal dalam sel-sel rasa. Aktivasi reseptor rasa oleh molekul manis memicu serangkaian reaksi biokimia di dalam sel-sel reseptor. Reaksi ini menghasilkan sinyal listrik yang dikirim melalui serat saraf ke otak.   

Sinyal listrik dari sel-sel rasa di lidah diinterpretasikan oleh otak sebagai rasa manis. Otak mengintegrasikan informasi ini dengan pengalaman sensorik lainnya, seperti tekstur dan aroma, untuk menghasilkan persepsi keseluruhan dari apa yang kita makan atau minum.  

Rasa manis sering kali dikaitkan dengan perasaan puas dan nyaman. Ini mungkin karena makanan manis sering mengandung karbohidrat yang menyediakan sumber energi cepat bagi tubuh, dan juga karena banyak makanan manis dikonsumsi dalam konteks yang menyenangkan, seperti perayaan atau sebagai hadiah. 

Secara evolusioner, kemampuan untuk mendeteksi rasa manis sangat penting karena membantu organisme untuk mencari dan mengonsumsi makanan yang tinggi energi, yang penting untuk kelangsungan hidup.

Lidah bisa merasakan manis karena adanya reseptor khusus pada permukaan lidah yang dirancang untuk mendeteksi rasa manis. Berikut penjelasan lebih rinci tentang mekanisme ini:

  1. Papila dan Reseptor Rasa: Lidah memiliki struktur kecil yang disebut papila, yang mengandung kuncup rasa (taste buds). Di dalam kuncup rasa terdapat sel-sel reseptor yang peka terhadap berbagai rasa, termasuk manis.
  2. Protein Reseptor Manis: Ketika kita mengonsumsi makanan atau minuman manis, molekul gula atau pemanis lainnya berinteraksi dengan protein reseptor spesifik di permukaan sel-sel reseptor rasa. Dua protein utama yang berperan dalam mendeteksi rasa manis adalah T1R2 dan T1R3.
  3. Transduksi Sinyal: Ketika molekul manis mengikat reseptor T1R2 dan T1R3, ini memicu serangkaian reaksi kimia dalam sel reseptor. Reaksi ini menghasilkan sinyal listrik yang dikirim melalui serat saraf ke otak.
  4. Persepsi Rasa di Otak: Sinyal listrik ini diinterpretasikan oleh otak sebagai rasa manis. Otak memproses informasi ini, memungkinkan kita untuk merasakan dan mengenali rasa manis dari makanan atau minuman yang kita konsumsi.

Fungsi mendeteksi rasa manis ini sangat penting dari perspektif evolusi karena gula dan karbohidrat adalah sumber energi yang cepat dan penting bagi tubuh. Mengenali rasa manis membantu kita menemukan dan mengonsumsi makanan yang kaya akan energi.

Rasa manis cenderung membuat orang ketagihan karena beberapa alasan fisiologis dan psikologis.  Ketika kita mengonsumsi makanan manis, otak melepaskan neurotransmiter seperti dopamin, yang memberi rasa senang dan kepuasan. 

Sistem reward di otak ini mirip dengan respons terhadap obat-obatan tertentu, sehingga menyebabkan keinginan yang kuat untuk mengulang konsumsi.  Gula adalah sumber energi yang cepat bagi tubuh. Konsumsi gula dapat memberikan lonjakan energi instan yang sering diinginkan, terutama ketika merasa lelah atau lesu.  

Banyak makanan dan minuman manis dikonsumsi dalam situasi sosial atau sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari, misalnya, menikmati dessert setelah makan atau minum soda saat bersantai. Hal ini dapat memperkuat kebiasaan dan keinginan untuk mengonsumsi gula.  

Gula dapat mempengaruhi hormon seperti insulin dan leptin yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Konsumsi gula berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon ini, menyebabkan keinginan untuk makan lebih banyak.  

Makanan manis sering dikaitkan dengan kenyamanan dan perasaan positif, seperti saat merayakan sesuatu atau menghilangkan stres. Ini dapat membuat orang mencari makanan manis untuk mengatasi emosi negatif atau sebagai hadiah. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut membuat rasa manis memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketagihan.

Batasan konsumsi gula setiap hari dapat bervariasi tergantung pada sumber rekomendasi, tetapi beberapa pedoman umum dari organisasi kesehatan ternama bisa memberikan panduan yang baik:

  1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):
    • Anjuran Utama: WHO merekomendasikan bahwa konsumsi gula tambahan (free sugars) harus kurang dari 10% dari total asupan energi harian.
    • Anjuran Tambahan: WHO juga menyarankan untuk lebih mengurangi konsumsi gula tambahan hingga di bawah 5% dari total asupan energi harian untuk manfaat kesehatan tambahan. Ini setara dengan sekitar 25 gram (sekitar 6 sendok teh) gula per hari untuk seseorang dengan kebutuhan kalori sekitar 2000 kalori per hari.
  2. American Heart Association (AHA):
    • Pria: AHA merekomendasikan bahwa pria harus membatasi konsumsi gula tambahan hingga tidak lebih dari 36 gram (sekitar 9 sendok teh) per hari.
    • Wanita: AHA merekomendasikan bahwa wanita harus membatasi konsumsi gula tambahan hingga tidak lebih dari 25 gram (sekitar 6 sendok teh) per hari.
  3. Dietary Guidelines for Americans:
    • Rekomendasi ini sejalan dengan WHO, yaitu konsumsi gula tambahan harus kurang dari 10% dari total kalori harian.

Apa itu Gula Tambahan?

Gula tambahan adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksi atau persiapan, termasuk gula putih, gula merah, madu, dan sirup. Gula alami yang terdapat dalam buah-buahan dan susu tidak termasuk dalam kategori ini.

Mengapa Membatasi Gula Tambahan?

Mengurangi konsumsi gula tambahan penting untuk:

  • Mengurangi risiko obesitas dan kelebihan berat badan.
  • Mencegah penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan karies gigi.
  • Meningkatkan kualitas diet secara keseluruhan dengan mengurangi kalori kosong dan meningkatkan asupan nutrisi dari makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.

Tips Mengurangi Gula Tambahan

  • Baca label nutrisi dan periksa kandungan gula pada produk yang Anda beli.
  • Pilih makanan dan minuman tanpa pemanis tambahan.
  • Gantilah makanan manis dengan buah segar sebagai camilan.
  • Kurangi penggunaan gula dalam resep masakan dan minuman.
  • Hindari minuman manis seperti soda dan jus dengan gula tambahan.

Dengan memperhatikan batasan tersebut dan membuat pilihan yang lebih sehat, Anda dapat mengurangi risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi gula berlebihan.

Konsumsi gula berlebih dapat memiliki berbagai dampak negatif pada kesehatan. Berikut adalah beberapa dampak utama:

1. Obesitas dan Penambahan Berat Badan

  • Kalori Kosong: Gula tambahan sering kali memberikan kalori tanpa nutrisi, yang disebut kalori kosong. Ini dapat menyebabkan penambahan berat badan jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
  • Meningkatkan Nafsu Makan: Gula dapat mengganggu hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, seperti leptin, sehingga meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan makan berlebih.

2. Penyakit Jantung

  • Peningkatan Risiko: Konsumsi gula berlebih telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, termasuk tekanan darah tinggi, peradangan, dan peningkatan kadar trigliserida.
  • Kolesterol Jahat: Gula berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).

3. Diabetes Tipe 2

  • Resistensi Insulin: Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan faktor utama dalam perkembangan diabetes tipe 2.
  • Peningkatan Gula Darah: Konsumsi makanan tinggi gula dapat menyebabkan lonjakan gula darah, yang berkontribusi pada perkembangan diabetes.

4. Masalah Gigi

  • Karies Gigi: Gula adalah penyebab utama karies gigi karena bakteri di mulut mengubah gula menjadi asam yang merusak enamel gigi.
  • Penyakit Gusi: Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit gusi.

5. Masalah Metabolisme

  • Sindrom Metabolik: Konsumsi gula berlebih dapat berkontribusi pada sindrom metabolik, yang melibatkan kumpulan kondisi seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak perut berlebih, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal.
  • Perlemakan Hati: Fruktosa berlebih dari gula tambahan dapat diubah menjadi lemak oleh hati, yang dapat menyebabkan penyakit perlemakan hati non-alkoholik.

6. Masalah Kulit

  • Jerawat: Konsumsi gula tinggi dapat meningkatkan produksi insulin dan hormon androgen, yang dapat menyebabkan peningkatan produksi sebum dan memperparah jerawat.
  • Penuaan Kulit: Gula dapat mempengaruhi kolagen dan elastin dalam kulit melalui proses yang disebut glikasi, yang dapat menyebabkan penuaan kulit dini.

7. Masalah Psikologis

  • Depresi dan Kecemasan: Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi gula berlebih dan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.
  • Kecanduan: Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan kecanduan karena pengaruhnya pada sistem reward di otak, mirip dengan efek obat-obatan tertentu.

8. Masalah Pencernaan

  • Disbiosis Usus: Konsumsi gula berlebih dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, yang dapat menyebabkan masalah pencernaan dan kesehatan usus yang buruk.

Dengan memperhatikan dan mengatur konsumsi gula, banyak dari risiko kesehatan ini dapat dikurangi atau dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun