Merasakan tapi mati?
Bukan, hanya tetes hujan dari badai gempar.
Membawa petir dan guntur bersahut.
Menerjang samudera waktu.
Menerka ombak penuh ruang kosong.
Mengisi guruhnya badai.
Tapi semua hanya bayang terlihat.
Hanya dia dan nirwana.
Hanya dia dan Ayahnya.
Sebuah tulisan lama pada 28 April 2015 di dalam kamar kost kota Surabaya.
Oleh: Dofran Winner Luhulima
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!