Siang itu seorang sahabat menyapa lewat chat WA, "Assalamu'alaikum Pak, Salma Idol piye Pak?."Â Salma yang dimaksud di sini adalah Salma Salsabil 'Aliyyah Putri Mandaya, salah satu kontestan Indonesian Idol musim ke-12. Tak lama kemudian chat tersebut langsung saya balas, "Wa'alaikumsalam. Salma bagus. Potensial jd musisi hebat." Percakapan via chat pun berlanjut menjadi agak seru. "Pean kok gk seheboh Fatin pak?. Klo dulu Fatin pean supportnya berasa heheh Fatinisme. Ni kok gk kedengeran heheh." Chat itulah yang akhirnya mengusik saya untuk kembali menulis di Kompasiana.
Ya, dulu 10 tahun yang lalu saya mulai aktif menulis tentang Fatin Shidqia Lubis, salah satu peserta ajang pencarian bakat X Factor Indonesia (XFI) musim perdana. Puluhan artikel tentangnya saya tulis dari Maret 2013 hingga akhirnya ia sukses tampil sebagai jawara pertama XFI.
Mungkin karena itulah, sahabat yang dulu sempat membaca artikel-artikel saya tentang Fatin, akhirnya mempertanyakan hal yang sama untuk Salma. Mengapa respon saya biasa-biasa saja, tidak seheboh saat pertama kali Fatin muncul. Apalagi Salma sedaerah dengan saya, Probolinggo. Mungkin kebanggaan saya sebagai orang sedaerah yang dipertanyakan di sini.
Di artikel ini saya tak akan membandingkan antara Fatin dan Salma. Sebab untuk hal-hal terkait cita, rasa dan kesukaan tentu berbeda-beda tiap personalnya. Baik Fatin maupun Salma, keduanya belum pernah berkomunikasi langsung dengan saya. Kecuali Fatin yang dulu sempat beberapa kali berbalas mention di Twitter. Meski Salma orang Probolinggo, hingga saat ini saya belum pernah mampir ke rumahnya. Saya tahu tentang Salma lewat berbagai tayangan dan tulisan di media.
F A T I N
Awal kemunculan Fatin benar-benar sensasional dan menarik perhatian jutaan pemirsa televisi ketika itu. Karena Fatin saya semangat menulis lagi. Fatin juga yang membuat saya akhirnya punya akun pribadi di Kompasiana dengan tulisan pertama tentu saja tentang Fatin.
Awal kemunculannya sangat mengejutkan. Baru pertama kali ikut ajang pencarian bakat, iseng ikut audisi XFI di akhir tahun 2012 dengan masih berseragam sekolah putih abu-abu, ia sukses mencuri perhatian para juri dan penonton. Para juri yang notabene artis papan atas seperti Ahmad Dhani, Rossa, Bebi Romeo dan Mulan Jameela dibuat tercengang saat ia membawakan lagu "Grenade" Bruno Mars di babak audisi.
Alhasil Fatin sukses melewati babak-babak berikutnya dengan ciri khas vokalnya yang unik dan penampilannya yang selalu memukau berkat bimbingan Rossa sebagai mentornya, hingga mengantarkannya menjadi jawara XFI edisi perdana. Sebagai hadiah kemenangan, kontrak rekaman dengan major label diperolehnya plus single perdana "Aku Memilih Setia" yang langsung menjadi hits. Â Album pertamanya "For You" juga berhasil meraih tujuh platinum hanya dalam waktu tiga minggu.
Pencapaian Fatin yang ketika itu pendatang baru dan minim pengalaman terbilang luar biasa. Kemunculannya menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi remaja seusianya. Tampil berhijab dengan gaya apa adanya, seperti anak sekolah yang biasa lewat depan rumah, Fatin mampu memaksimalkan daya tarik personalnya yang bersahaja dan kekhasan karakteristik vokal yang dimiliki. Dari bukan siapa-siapa, kini Fatin masuk dalam jajaran artis papan atas negeri ini.
Namun sayang, 10 tahun berlalu, belum juga ada album baru setelah "For You" yang dirilis meskipun sempat ada beberapa single yang dilaunching dalam format video musik di Youtube. Meski demikian, para penggemar fanatik Fatin alias Fatinistic tak perlu khawatir, sebab Fatin masih aktif berkarya lewat podcast dan channel Youtube resminya.
S A L M A
Kembali ke tetangga saya, Salma. Lolosnya Salma ke babak Spekteakuler Show hingga terakhir masih bertahan di babak Spektakuler 8 menjadi kebanggan tersendiri bagi warga Probolinggo. Foto close up Salma terpampang pada billboard ukuran besar di ruas jalan utama Kota Probolinggo. Foto Walikota dan istri nampak di sampingnya dengan tulisan berisi ajakan untuk mem-vote Salma agar terus lolos ke babak selanjutnya.
Pada artikel terdahulu Fatin saya gambarkan sebagai anak tetangga sebelah rumah dengan penampilan apa adanya, seragam putih abu-abu berhijab, nyaris tanpa pengalaman tampil dan minim pengetahuan baik teori dan praktis tentang bernyanyi. Namun Salma kebalikannya. Tetangga saya yang satu ini maju menjadi kontestan Indonesia Idol dengan segala kelebihan dan segudang pengalamannya.
Mengikuti ajang pencarian bakat level nasional yang disaksikan pemirsa TV tanah air bukan hal baru bagi Salma. Tahun 2012, saat usianya masih 10 tahun ia lolos 10 besar Idola Cilik Season 4. Berikutnya The Voice Kids Indonesia Season 1. Saat beranjak remaja, dia pernah menjadi peserta Rising Star Indonesia Season 2, Sunsilk Hijab Hunt 2017, dan The Voice Indonesia Season 3.
Selain berkat bakat yang dimiliki, kepiawaiannya mengolah vokal tak lepas dari jalur pendidikan yang dipilih Salma. Sejak SMK, musik menjadi jurusan pilihannya. Dan saat ini Salma masih tercatat sebagai mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Program Studi Penyajian Musik.
Terlepas dari bekal teori dan praktek vokal dan music yang dimilikinya, siapapun yang mendengar Salma menyanyi pasti sepakat jika ia memang mempunyai suara emas yang enak didengar, apapun jenis lagu yang dinyanyikannya.
Melihat Salma tampil dan mendengarkannya bernyanyi, tetiba saya teringat Via Vallen, penyanyi yang terkenal dengan lagu "Sayang." Seperti Salma, karakter vokal Via Vallen bukanlah vokal yang powerful, lantang dan melengking tinggi. Namun dengan kekhasan vokal yang dimiliki, ia mampu mengenakkan lagu yang dibawakannya. Karakter vokalnya khas dengan jangkauan luas tak terbatas dangdut membuatnya mampu tampil bagus membawakan lagu dengan genre apa saja. Tak hanya dangdut koplo, Via Vallen juga piawai membawakan lagu pop, rock, jazz hingga R&B dan soul.
Anugerah berupa karakter vokal dan musikalitas semacam ini yang saya lihat ada pada diri Salma. Ini juga diakui oleh para juri Indonesian Idol seperti Judika dan Rossa yang sepakat bahwa Salma menciptakan standar baru di ajang pencarian bakat sekelas Indonesian Idol. Tak harus menyanyi meliuk-liuk dan ngotot sampe urat leher keluar, tapi cukup bernyanyi santai dan enjoy dengan lagu yang dinyanyikannya. Tak heran, dari audisi hingga spektakuler show babak 8, Salma selalu langganan mendapat standing ovation dari para juri.
Berbagai lagu mampu dibawakannya dengan bermacam genre, bahkan sambil bermain alat musik yaitu gitar. Bahkan di babak audisi ia sempat memainkan satu lagu ciptaannya yang langsung mendapat pujian dari para juri.
Itulah Salma, tetangga saya yang saat ini sedang berjuang untuk lolos ke babak 5 besar Indonesian Idol musim 12. Sebagai tetangga, sudah tentu saya mendukungnya agar dapat terus lolos ke babak berikutnya. Andaipun nanti perjalanannya harus terhenti tak sampai di babak final, Salma sudah jadi juara untuk saya dan warga Probolinggo.
PENUTUP
Sebagai penutup tulisan ini, sekali lagi saya tidak berada dalam posisi membandingkan Fatin dan Salma. Keduanya hebat dengan segala kelebihannya masing-masing. Keduanya punya kisahnya masing-masing hingga sampai pada pencapaian mereka saat ini. Yang jelas keduanya telah menjadi contoh yang baik dan inspirasi bagi remaja putri Indonesia
Mereka berdua mampu mengoptimalkan potensi dan menjadikan kekhasan yang dimiliki jadi daya tarik tersendiri. Di awal kemunculannya, Fatin  menarik perhatian publik dengan gaya apa adanya sebagai pelajar putri berhijab namun memiliki karakter vokal kuat. Saat itu jarang sekali artis, terlebih pendatang baru yang tampil percaya diri dengan berhijab. Tapi Fatin yang minim pengalaman mampu mengoptimalkan anugerah kekhasan karakter vokalnya didukung daya tarik personal yang bersahaja hingga mengundang simpati publik.
Demikian halnya Salma, berbekal pengalaman tampil dan latar belakang pendidikannya yang mendukung, remaja putri yang juga berhijab ini mampu mengoptimalkan anugerah karakter vokal dan musikalitas yang dimilikinya untuk selalu tampil memukau. Bukan tak mungkin, Salma akan menjadi salah satu penyanyi terbaik sekaligus musisi papan atas negeri ini.
Yang jelas, sejauh ini keduanya telah menjadi insiprasi bagi generasi muda khususnya remaja putri Indonesia. Itulah mengapa saya kembali tertarik untuk mengulasnya lewat artikel. Setidaknya dengan ulasan dalam artikel seperti ini saya bisa menyebarkan inspirasi positif kepada para pembaca. Sudah sepatutnya kita dukung mereka yang telah memberikan hiburan berkualitas sambil menebarkan kebaikan lewat karya-karya terbaiknya. Kita tunggu dan nikmati saja kiprah mereka selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H