Di “Dilan 1991” ada adegan Milea menjemput Dilan di markas geng motor di rumah Burhan. Dan saat itu pula Milea mengatakan putus. Ketika Dilan tanya kenapa? Milea jawab “Pikir sendiri!.” Itulah terakhir kali Dilan membonceng Milea pulang ke rumahnya.
Di film ini terungkap adegan yang tak ada di “Dilan 1991” saat malam hari sebelumnya, Burhan dan Dilan dijemput petugas untuk diminta keterangan di Kantor Polisi terkait pengeroyokan Akew. Plus adegan Dilan ditampar ayahnya yang malam itu juga datang menemuinya di kantor Polisi.
Di tengah kegalauan karena baru putus, Dilan mendengar kabar Milea dekat dengan teman bimbingan belajarnya bernama Gunar. Lagi-lagi Dilan cemburu. Semakin rumit saat Dilan meminta Pian bilang ke Milea bahwa ia sudah gagal jadi pacar Milea. Dilan juga meminta Pian menyampaikan pada Milea bahwa ia sudah punya pacar baru.
Sebenarnya Milea masih sempat menelpon Dilan menanyakan kenapa begitu susah untuk bertemu. Menurutnya Dilan sudah berubah. Maka jadilah hubungan mereka berdua semakin renggang karena kesalahpahaman yang tak segera dijelaskan akibat keegoisan masing-masing.
Seperempat bagian akhir film ini didominasi adegan yang sama sekali baru dan belum ada di dua film sebelumnya. Seperti saat Dilan dan Abud bertualang ke Jogja. Kemudian adegan Dilan diterima UMPTN dan mengabarkan pada Ayah dan Bundanya. Ada juga adegan Dilan dan teman-temannya berkumpul di kantin Bi Eem merayakan kelulusan UMPTN mereka.
Satu adegan yang menjadi bagian tersedih film ini dan membuat saya ikut menitikkan air mata yaitu adegan saat ayah Dilan meninggal di Rumah Sakit. Betapa kesedihan Dilan sangat nampak. Dilan begitu emosional, tak kuasa menahan tangis ketika ayahnya menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya. Semakin membuatnya sedih ketika ayahnya masih sempat menanyakan Milea sesaat sebelum meninggal. Di tengah kesedihannya, Dilan bergumam dalam hati “Lia kamu dimana? Aku ingin menangis sepuasnya dalam dekapanmu.”
Adegan baru berikutnya adalah pemakaman ayah Dilan secara militer. Di sini kelihatan sekali “Milea: Suara dari Dilan” digarap dengan serius dan detail. Upacara pemakaman secara militer digarap dengan totalitas, melibatkan personel militer sungguhan dengan tata cara upacara pemakaman militer sesuai prosedur.
Dan pada adegan ini pula kembali terjadi kesalahpahaman di tengah kesedihan ketika tiba-tiba Milea datang ke pemakaman. Milea nampak terkejut melihat seorang perempuan mendampingi Dilan bersimpuh di depan pusara ayahnya. Jadilah Milea berprasangka tentang perempuan cantik itu. Prasangka yang dibiarkan tak jelas hingga bertahun-tahun lamanya.
Adegan tahun 1997 di “Milea : Suara dari Dilan” diawali pertemuan Dilan dengan mas Herdi, tunangan Milea, di kantin tempatnya magang. Kemudian berlanjut dengan pertemuan Dilan dan Milea untuk pertama kalinya setelah sekitar enam tahun berpisah. Di “Dilan 1991” ada adegan Milea mengejar Dilan hingga ke stasiun kereta api di hari yang sama saat mereka bertemu. Di film ini terungkap keduanya masih sempat bertemu kembali saat melayat Bu Rini, guru SMA mereka.
Di sinilah sebenarnya cerita dan adegan yang pure “Milea : Suara dari Dilan” dimulai. Yakni adegan telponan dua orang mantan kekasih yang bikin baper. Di “Dilan 1991” adegan berakhir saat Dilan mengangkat telpon yang ternyata dari Milea. Nah, di film terakhir ini terungkap semua obrolan mereka. Terungkap pula semua kesalahpahaman yang menyebabkan renggangnya hubungan mereka.
Misalnya saat Dilan menanyakan tentang Gunar. Dijelaskan oleh Milea bahwa Gunar hanya teman bimbel, tak lebih. Bahkan saat itu Gunar sudah punya pacar. Kemudian balik Milea yang menanyakan perempuan cantik yang mendampingi Dilan di pemakaman ayahnya. Ternyata perempuan cantik bernama Lisa itu adalah saudara Dilan.
Adegan telpon-telponan antar mantan ini menurut saya adalah inti dari film ini secara keseluruhan. Bisa dibilang ini adalah adegan ikonik yang menggemaskan dan paling bikin baper. Betapa tidak, Milea yang telpon duluan bilang ada perasaan senang bisa bertemu kembali dengan Dilan, yang kemudian juga diiyakan Dilan. Tapi Milea mengaku bingung harus ngomong apa, ada rasa kesel tapi tak tahu kesel karena apa. Kemudian mereka berduapun hanyut dalam obrolan tentang romantisme masa pacaran.