Mohon tunggu...
Dody Kasman
Dody Kasman Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

Wong Ndeso yang bukan siapa-siapa. Twitter : @Dody_Kasman

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Sabyan Menjemput Mimpi," Ketika Grup Musik Gambus Fenomenal Difilmkan

30 Juni 2019   06:18 Diperbarui: 3 Juli 2019   16:21 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan trailer "Sabyan Menjemput Mimpi" (Youtube/Falcon)

Film perdana grup musik Sabyan Gambus berjudul "Sabyan Menjemput Mimpi" dirilis secara nasional mulai Kamis (27/6/2019). Penggemar sudah dibikin penasaran sejak film ini mulai diproduksi awal Maret lalu. 

Semakin penasaran ketika poster dan trailer resminya beredar di berbagai media sosial dan YouTube. Aksi Nissa dan kawan-kawan bernyanyi dan bermusik di atas panggung tentu tak perlu diragukan lagi. Tapi bagaimana aksi mereka di depan kamera? 

Sebagai salah satu pemerhati Sabyan Gambus, film ini sudah tentu tak boleh saya lewatkan. Alhamdulillah, satu-satunya gedung bioskop di kota saya juga ikut memutarnya mulai hari pertama penayangannya secara nasional. 

Maka menontonlah saya di hari pertama tayang itu bersama keluarga. Kebetulan saya, Nia, dan mamanya sama-sama menyukai lagu-lagu mereka. Tak cukup sekali, kembali saya menonton sendirian untuk yang kedua kali keesokan harinya. 

Secara garis besar, film berdurasi 94 menit ini menceritakan awal terbentuknya Sabyan Gambus hingga kemudian viral di media sosial dan mulai menapaki tangga popularitas. 

Di film arahan sutradara Amin Ishaq ini, seluruh personel Sabyan Gambus berperan sebagai diri mereka sendiri, meskipun apa yang dikisahkan tak 100 % sesuai dengan kehidupan mereka sebenarnya.

Di film ini kisah Nissa lebih fokus dan cukup lengkap. Diceritakan, Nissa tinggal di rumah susun bersama Abahnya (Dicky Chandra), Ibu (Cici Tegal), kakaknya yang bernama Iin (Aquino Umar) dan adiknya Fadli. 

Mereka hidup sederhana, berbahagia dan rukun bersama para tetangga di sekitarnya. Yang terdekat Saman (Ade Firman Hakim) tinggal bersama babenya yang buta (Fuad Idris) dan putrinya, Nurul (Kanaya Gladys).

Cerita film ini memang lebih fokus pada sosok Nissa, siswi SMK jurusan ototronik yang juga punya kesibukan sebagai vokalis grup musik Sabyan Gambus. Dari yang awalnya vokalis freelance kemudian "dilamar" oleh Ayus, founder dan leader Sabyan Gambus, untuk menjadi vokalis tetap.

Kehidupan Nissa sebagai remaja beranjak dewasa yang penuh dinamika, dikisahkan antara lain berupa cinta monyet segitiga dengan Dimas (Shandy William) dan Olala (Shenina Cinnamon). 

Betapa penonton dibuat gemas dengan "keluguan" Nissa yang tak sadar jika Dimas sangat menyukainya, sementara Olala, sahabat karibnya, justru sangat mengharapkan cinta Dimas. 

Ada juga kisah "konflik" Nissa dengan gurunya di sekolah, Pak Sukadi (pelawak Tarsan), yang beberapa kali harus menegur dan menghukum karena kealpaan yang dilakukannya. Misalnya saat Nissa, Dimas, dan Olala dihukum hormat pada bendera dengan satu kaki diangkat karena datang terlambat ke sekolah. 

Aktivitas anak-anak Sabyan Gambus saat latihan dan manggung sudah tentu tak bisa dilepaskan dengan Nissa sebagai vokalis utama. Konflik dengan sesama rekan grup juga dimunculkan di film ini. 

Betapa Ayus dan kawan-kawan sempat dibuat jengkel karena harus menunggu Nissa yang terlambat enam jam untuk latihan bersama. Juga ketika mereka harus beramai-ramai menjemput Nissa ke bengkel sekolah agar ia segera berangkat memenuhi jadwal undangan manggung.

Kehidupan keluarga Nissa di film ini digambarkan sangat sederhana, terlebih setelah Abahnya terkena PHK. Meski demikian Abah tetap berusaha tampak baik-baik saja, terus mendukung dan menghibur Nissa dengan tingkah jenaka dan lawakan spontannya. Ada juga keributan kecil sesama saudara ketika Nissa tanpa izin meminjam sepeda motor Iin. 

Selain fokus pada kehidupan sehari-hari Nissa bersama keluarga dan rekan-rekannya di Sabyan Gambus, setidaknya ada tiga plot yang diselipkan oleh penulis naskah Novia Faizal. Pertama, cerita keseharian Saman bersama putri semata wayangnya yang ditinggal pergi sang Ibu, dan babenya yang sangat mendambakan untuk bisa pergi tanah suci guna berhaji. 

Kedua, kisah kasih yang nyaris tak sampai Olala dengan Dimas, yang tanpa disadari juga melibatkan Nissa. Ketiga, cerita tentang "die hard fans" pertama mereka Ndut Kece (Meni Agus Nori) dan Bilal (Chandra Wahyu Aji) dengan segala perjuangannya mendukung Sabyan Gambus.

Tiga plot sisipan tersebut di satu sisi menjadi bumbu drama yang membuat film ini menjadi sedikit lebih greget. Setidaknya drama tersebut mampu membuat cerita menjadi lebih dinamis di tengah minimnya dramatisasi kisah para pemain utamanya. 

Dalam film ini karakter anak-anak Sabyan Gambus ditampilkan minim dinamika konflik. Yang banyak ditampilkan hanya aktivitas latihan dan manggung yang sudah menjadi rutinitas mereka. Hanya karakter Nissa yang lebih kaya konflik, meskipun kemudian malah terkesan terlalu didramatisasi.   

Di sisi lain, tiga plot tambahan tersebut membuat cerita menjadi tidak fokus dan terkesan dipaksakan. Bagi penggemar setia dan pemerhati Sabyan Gambus yang mengikuti perjalanan karier mereka dari awal pasti paham bahwa beberapa dramatisasi melalui tokoh pendukung tersebut justru terinspirasi dari kisah nyata personel Sabyan Gambus. 

Meskipun terinspirasi dari kisah nyata, "Sabyan Menjemput Mimpi" tak sepenuhnya sesuai dengan kejadian sebenarnya. Di film, formasi awal saat terbentuk mereka sudah berenam yaitu Ayus, Nissa, Owaan, Kamal, TB dan Anisa Rahman. sedangkan pada kenyataannya ketika itu TB dan Anisa Rahman belum bergabung. 

Demikian pula dengan video yang pertama kali diunggah di media sosial dan YouTube yang kemudian viral. Di film, yang diunggah pertama kali adalah video saat mereka membawakan lagu "Ya Asyiqol," sementara pada beberapa kesempatan mereka menyebut video cover yang pertama kali viral adalah "Qomarun."

Ketidaksesuaian ini bisa dimaklumi sepanjang tak mengganggu benang merah cerita secara keseluruhan dan pesan yang tersirat bisa tersampaikan. Toh Penggemar setia dan pemerhati Sabyan Gambus pasti bisa memilah mana yang sesuai dengan fakta dan mana yang hanya sekedar rekaan untuk keperluan dramatisasi di film agar lebih menarik untuk ditonton. 

Sementara terkait kemampuan akting para personel Sabyan Gambus, meskipun masih terasa datar dan kaku di beberapa bagian, namun patut diapresiasi positif mengingat ini adalah film layar lebar perdana mereka. 

Beruntung mereka memerankan diri sendiri dan cukup lama bergabung dalam satu grup, sehingga akting mereka bisa nampak lebih lepas. Kecuali Nissa, dialog yang mereka ucapkan dan adegan yang harus mereka lakukan sebatas aktivitas sebagai personel grup gambus yang sibuk dengan latihan bersama dan tampil di berbagai pertunjukan. 

Kehadiran aktor dan aktris senior seperti Dicky Chandra, Cici Tegal, Fuad Idris, dan Ade Firman Hakim setidaknya mampu menjadi penyeimbang akting apa adanya para personel Sabyan Gambus, sekaligus memberikan warna pada cerita film secara keseluruhan dengan kekuatan karakter yang mereka mainkan. 

Jika disimak, karakter personel Sabyan Gambus yang sangat menonjol di film ini adalah Nissa dan Ayus. Wajar, sebab Nissa adalah lead vocal sekaligus ikon grup sementara Ayus adalah leader sekaligus pencipta dan pengaransemen musik hampir semua lagu Sabyan Gambus. 

Dan yang mendapat porsi paling besar sebagai karakter utama di film ini tentu saja Nissa. Bukan sekedar sebagai anak SMK yang menjadi vokalis grup gambus dengan kesibukan latihan dan manggung saja, tapi juga kisah kehidupan pribadi yang menuntutnya berakting ekstra dibanding rekan-rekannya yang lain.

Sebagai pendatang baru di dunia hiburan dengan pengalaman akting yang sangat minim, aksi Nissa di depan kamera layak diacungi dua jempol. Aktingnya sebagai remaja beranjak dewasa terasa lepas tanpa beban. Dialognya mengalir lancar sebagaimana gaya bicaranya yang sering kita saksikan saat wawancara di  televisi. Ia bisa berekspresi sangat ketakutan di tengah adegan tawuran. 

Tampang polosnya membuat penonton ikut gemas di adegan saat Dimas mencoba mengungkapkan perasaannya. Penonton tetiba dibuat ikut mewek melihat raut muka sedihnya saat membawakan lagu "El Oum."

Meskipun terasa minim pada ilustrasi musik yang beraroma Sabyan Gambus, aspek musikalitas film ini terselamatkan dengan munculnya beberapa hits mereka seperti "Ya Asyiqol", "Allahumma Labbaik", "El Oum" dan "Ya Maulana" serta satu lagu solawat "Habibi Ya Nurul Aini." 

Namun sayang, pada adegan pertunjukan live di Garut, samar-samar nampak jika pengambilan gambar di lakukan saat mereka tampil di panggung kampanye. Beruntung simbol berbau kampanye masih bisa disembunyikan, meskipun kode tertentu masih bisa terlihat oleh penonton yang cukup jeli menyimak.

Secara keseluruhan, film "Sabyan Menjemput Mimpi" sebagai karya sinematografi berdasar kisah nyata ini patut diapresiasi. Dengan keterbatasan waktu pengambilan gambar di tengah jadwal mangggung yang padat, film ini rampung dan akhirnya bisa rilis secara nasional. 

Sayang, keterbatasan waktu membuat film ini seakan kejar tayang dan diproduksi apa adanya. Konsekuensinya, penguatan karakter para pemain utama menjadi minimalis dan banyak potensi kisah nyata para personel yang menarik untuk diungkap, justru terabaikan.

Meskipun masih terbilang pendatang baru di dunia hiburan tanah air, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, film ini menjadi gebrakan tersendiri dari Ayus dan kawan-kawan. Mereka membuktikan bahwa mereka mampu berbicara banyak dengan karya, tak cuma lewat musik dan lagu tapi juga dunia seni peran di layar lebar. 

Film ini menjadi pembuktian eksistensi Sabyan Gambus sebagai grup musik yang produktif dan serba bisa, meski yang sangat disayangkan, saat film ini dirilis jumlah personel mereka berkurang dua orang dengan mundurnya Anisa Rahman dan TB. 

Tapi yang perlu ditegaskan, dengan atau tanpa mereka berdua, Sabyan Gambus tetaplah Sabyan Gambus, salah satu grup musik fenomenal yang saat ini sedang berada di puncak popularitasnya. 

Setidaknya film "Sabyan Menjemput Mimpi" menjadi kenangan tersendiri bahwa mereka pernah bersatu dan begitu dekat layaknya keluarga sebagaimana diucapkan Ayus pada salah satu dialog film tersebut.  

Saat artikel ini diunggah di Kompasiana, film "Sabyan Menjemput Mimpi" masih tayang di bioskop seluruh tanah air. Menarik dinanti apakah film ini sukses menggaet minat penonton dan masuk dalam jajaran box office film Indonesia. Pasalnya di saat yang  hampir bersamaan juga tayang  film horor Hollywood "Annabelle" dan film Korea pemenang Palme d'or "Parasite." 

Walau demikian, sukses tentu tak hanya dilihat dari jumlah penonton yang datang ke bioskop, tapi bagaimana film ini nantinya dapat memberikan dampak positif memotivasi dan menginspirasi para penontonnya, khususnya generasi muda untuk berbuat serupa bahkan lebih baik dari mereka.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun