Mohon tunggu...
Dody Kasman
Dody Kasman Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

Wong Ndeso yang bukan siapa-siapa. Twitter : @Dody_Kasman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Lebaran yang Tak Libur, Seperti Biasanya...

16 Juni 2018   17:35 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:54 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari masih gelap namun kumandang takbir terdengar jelas dari masjid dan beberapa musala di sekitar rumah. Ya, pagi itu tepat 1 Syawal 1439 H, hari kemenangan bagi umat muslim usai menjalankan ibadah puasa Ramadan satu bulan lamanya. Segera pagi itu juga, setelah sholat subuh saya bergegas mengendarai motor menuju tempat tugas.

Jalanan masih lengang, hanya satu dua kendaraan pemudik melintas. Udarapun masih terasa dingin menusuk tulang. Apalagi saat melewati kawasan wisata Pantai Bentar, angin yang cukup kencang berhembus, dinginnya masih mampu menembus jaket tebal yang saya kenakan.

Nyaris belum ada kegiatan warga di tepi jalan sepanjang jalur yang yang saya lalui. Aktivitas manusia baru saya temui ketika melewati pos pengamanan lebaran di sebelah timur Pantai Bentar. Beberapa petugas dari berbagai unsur nampak di beberapa sudut pos pengamanan dengan aktivitasnya masing-masing.

Seiring fajar menyingsing, mulai nampak orang-orang berangkat sholat Ied. Ada yang sendiri, banyak pula yang berangkat bersama keluarga. Hampir satu jam perjalanan sejauh 20 kilometer itu saya tempuh hingga sampai ke tempat tugas, Masjid Agung Ar Raudlah Kraksaan. Ceritanya kali ini Sholat Ied sekalian melaksanakan tugas peliputan dan dokumentasi untuk publikasi pemerintah daerah. Hari itu saya ditemani dua orang rekan kerja sekantor, selain juga teman-teman protokol dan SatPol PP.

Usai tugas sambil bercanda saya bertanya ke Pak Brodin, rekan kerja saya. "Kemarin sudah pamit ke istri kalau tugas pas lebaran hari ini?" Ia menjawab sambil tersenyum, "Sudah, istri saya langsung bilang, lagu lama." Mungkin saking seringnya istrinya ditinggal tugas termasuk pas hari pertama lebaran sampai-sampai dijawab "lagu lama."

Di saat yang lain bisa bersholat Ied bersama keluarga dan kerabat, saya dan Pak Brodin serta rekan kerja yang bertugas hari itu sementara waktu harus menunda berbagi kebahagiaan bersama orang-orang tercinta. Toh kami semua juga adalah keluarga besar, senasib seperjuangan meski beda keberuntungan.

Bagi saya pribadi, ini adalah lebaran yang kesekian kalinya tanpa sholat Ied bersama anak dan istri. Untuk yang kesekian kalinya juga saya tak bisa sungkem lebih awal dengan Ibunda tercinta dan Abahnya Nia. Dan untuk yang kesekian kalinya pula saya baru bisa ziarah ke makam Bapak dan Uminya Nia setelah lewat tengah hari.

Sebenarnya jumlah personel sekantor selain saya masih sangat memadai untuk bergantian tugas. Namun mungkin karena kepentingan masing-masing orang berbeda-beda, maka untuk yang kesekian kalinya, saya kembali terdampak kebagian tugas di hari raya.

Saya sendiri, selain harus meninggalkan sejenak anak dan istri juga harus mengurangi waktu yang seharusnya  bisa saya gunakan untuk merawat dan menghibur ibunda tercinta yang sudah tiga tahun terakhir ini kondisi kesehatan badannya terganggu. Di usianya yang semakin senja, ibu kesulitan untuk berjalan sendiri. Untuk menggerakkan tubuh dan tangannya juga susah.

Hanya saya dan adik semata wayang bergantian melayani segala kebutuhan dan keinginan beliau. Ibaratnya kami adalah kaki dan tangan beliau dalam beraktivitas, bahkan untuk ke kamar kecil sekalipun. Tak ada om, tante, sepupu atau ponakan yang bisa bergantian membantu sebab mereka semua nun jauh di sana, di seberang pulau. Beruntung masih ada keluarga istri dan tetangga dekat rumah yang sesekali menengok dan menemani beliau, meski tak bisa seintens dan sedekat saya dan adik.

Ada kesepakatan tak tertulis antara saya dan adik untuk bergantian menjaga Ibu. Saat jam kerja sampai petang adik yang merawat dan melayani kebutuhan beliau. Sedangkan saya, sepulang kerja harus segera bergegas ke rumah Ibu untuk bergantian dengan adik dan memberinya kesempatan beristirahat. Demikian pula di hari libur yang menjadi jatah saya untuk menemani beliau sembari memberi kesempatan adik untuk bersosialisasi di luar rumah.

Dengan kondisi kesehatannya yang demikian, ditambah lagi rasa rindu dengan handai taulan yang jauh di kampung halaman maka sudah seharusnya saya meluangkan lebih banyak waktu untuk menemani dan menghibur beliau terlebih di hari lebaran ini. Tapi sebagaimana sudah saya jelaskan, tidak demikian keadaan seharusnya.

Setelah pada malam takbiran saya tak bisa menemani beliau karena tugas liputan dan dokumentasi di pos pengamanan lebaran, tepat di hari pertama Idul Fitri saya kembali harus bertugas hingga seperempat hari. Alhamdulillah beliau, sebagaimana istri dan anak saya, sudah terbiasa dan memaklumi ditinggal tugas di hari spesial semacam Idul Fitri.

Bersyukur hari itu saya tak harus terlalu lama bertugas, sementara Pak Brodin masih harus melanjutkan tugasnya di titik berikutnya hingga tengah hari. Sekira pukul 9 pagi saya bergegas ke rumah Ibu untuk sungkem, tradisi yang sudah dibiasakan orang tua kami sejak masih anak-anak.

Dan kembali, saya tak bisa berkata-kata saat bersimpuh di kakinya. Hanya mata yang berkaca-kaca sambil sambil mengamini semua do'a dan harapan beliau. Tanpa lisan harus berucap, saya yakin Ibu sudah bisa mendengar dan paham bahasa hati saya yang memohon do'a barokah dan permintaan maaf atas segala khilaf dan dosa. Yang sangat saya harapkan juga tentu saja, ibu diberi kesehatan dan umur panjang sehingga bisa kembali berlebaran bersama yang sepenuhnya tanpa "gangguan," tahun depan.

Dan di hari kedua lebaran ini, lagi-lagi ada tugas mendadak yang mengharuskan saya segera berkoordinasi dengan rekan kerja yang bisa ditugaskan malam ini juga. Setelah sempat kesulitan menemukan rekan kerja yang masih di dalam daerah, akhirnya lagi-lagi Pak Brodin dibantu seorang rekan tampil sebagai "pahlawan" yang siap bertugas di malam yang masih dalam suasana lebaran ini.

Hal semaca ini juga terjadi pada lebaran tahun lalu. Saya ingat betul di lebaran hari kedua tahun lalu saat harus keliling ke semua Posko Pengamanan Lebaran di sepanjang jalur utama Probolinggo mulai Rest Area Tongas - Leces hingga PLTU Paiton. Ditambah lagi acara open house keesokan harinya yang juga perlu publikasi media. Padahal sesungguhnya kala itu masih dalam rentang waktu cuti bersama.

Memang butuh kesadaran yang sangat tinggi dan kebesaran hati untuk mengorbankan waktu menunda sedikit kebahagiaan bersama keluarga di hari kemenangan ini. Toh tak hanya kami, masih banyak saudara - saudara kita yang justru harus mengorbankan lebih banyak waktu, pikiran dan tenaganya demi menjamin kenyamanan dan keamanan perayaan lebaran. Masih banyak yang bertugas saat lebaran hingga baru bisa berlebaran dengan keluarga sepekan setelahnya.

 Sekali lagi, perlu kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan toleransi yang tinggi untuk menjalankan tugas dengan baik di hari istimewa seperti lebaran yang sesungguhnya merupakan libur cuti bersama ini. Disamping "ketegaan" meninggalkan keluarga di saat mereka sebenarnya sangat menginginkan kehadiran kita, juga keikhlasan mereka yang ditinggal untuk bertugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun