Mohon tunggu...
Dody Dharma Hutabarat
Dody Dharma Hutabarat Mohon Tunggu... Lainnya - Keterangan Profil

Bio

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dalam Kenangan: Slamet Mulyono (1974-2020)

29 April 2020   13:44 Diperbarui: 29 April 2020   13:41 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mas Slamet menjelaskan konsep rekonsiliasi berjenjang pada Pengguna Anggaran dan Bendahara Umum Negara, korelasi antara SPAN dan laporan kinerja, kuantitas laporan yang dihasilkan KPPN, relasi antarlaporan yang dibutuhkan direktorat, dan pembangunan database tunggal SPAN. 

Semua yang dijelaskannya adalah sesuatu yang belum ada saat itu. Selain mas Slamet, yang menjadi nara sumber dari Dit. TP adalah Adi Setiawan, Saiful Islam, dan Ingelia Puspita.

Apakah hubungan kami selalu berjalan manis-manis saja? Tentu tidak. Suatu hari, kami pernah berdebat seru. Aku lupa persisnya tentang apa, tapi kami mengambil sikap yang berseberangan. Aku mendebatnya dengan argumentasiku. Mas Slamet pun tidak mau kalah. 

Perdebatan kami lumayan panas hingga akhirnya aku sadar. Jangan sampai perbedaan pendapat mengakibatkan hubungan kami menjadi terganggu. 

Di luar ruangan rapat, kami berpelukan sambil mengucapkan permohonan maaf. Karena apa pun perbedaannya, kami sama-sama ingin melakukan yang terbaik untuk kesuksesan SPAN. Ya, kami memang berdebat tentang SPAN.

Kondisi pengembangan SPAN memang sedang sangat kritis saat itu. Begitu kritisnya, kami bahkan hampir tidak percaya bahwa SPAN dapat diselesaikan. Seluruh skenario dan strategi diletakkan di atas meja. Sebagai sebuah proyek, dapat dikatakan SPAN hampir gagal saat itu. 

Waktu yang molor, nilai kontrak yang melebihi perkiraan awal, dan aplikasi yang belum siap digunakan karena banyaknya defect dan isu yang belum tuntas, sudah cukup bagi sebagian orang untuk memprediksi kegagalan SPAN. Tapi kami terus bekerja keras karena percaya bahwa di balik kesulitan ini pasti akan ada kemudahan. 

Kini terbukti sejumlah negara menjadikan Indonesia sebagai rujukan dalam pengembangan sistem informasi manajemen keuangan yang terintegrasi, seperti Malaysia, Laos, Sri Lanka, dan Bhutan.

SPAN memang sangat kompleks. Tidak kurang dari 270 skenario proses bisnis harus dipastikan dapat berjalan dengan benar. Itu belum termasuk detil, interface, laporannya. Integritas data antarmodul juga harus dijaga sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipercaya. Belum lagi menjaga transaksi pembayaran dan pemindahan dana yang harus diamankan. Termasuk penyiapan data rekening dan konversinya ke dalam SPAN.

Tidak ada toleransi untuk kesalahan. Dan memang, tim proses bisnis yang sehari-hari bergelut menangani pengembangan SPAN dituntut untuk memiliki kemampuan holistik pengembangan sebuah sistem berskala besar. Risikonya tidak main-main! Apa lagi SPAN akan berinteraksi dengan sejumlah aplikasi dan sistem lain, seperti aplikasi SPM, Bank Indonesia Government Electronic Banking, Modul Penerimaan Negara, Cash Planning Information Network, Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS), dan Bank Operasional. 

Kesiapan regulasi, SDM, dan infrastruktur juga harus dipastikan. Luar biasa pelik! Dengan tingkat stres yang demikian tinggi, sifat humoris mas Slamet membantu mencairkan ketegangan yang kami hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun