Mohon tunggu...
Dodo Wiyono
Dodo Wiyono Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Tulen. Asal dari Klaten. Berencana untuk mencari Full beasiswa S2. Dan berharap suatu waktu dapat menyumbangkan sebuah NOVEL yang saat ini masih saja ditolak Penerbit. Tetap semangat. Be an Author is my dream.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dual Profession (Bagian 1 dari Sebuah Novel "Wonderboys")

7 Februari 2011   17:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:49 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilantai 2 aku kemudian diperkenalkan dengan Bp Muhamad Nurdin bagian pendidikan, Bp Manurung Simanjuntak bagian Staf operasional dan Bp William Peter yang bagian keuangan serta tak lupa dengan staf administrasi cantik berkerudung biru laut dengan tahi lalat di bawah dagu sebelah kirinya Mbak Anita puspita. Dengan mengulurkan tanganku disertai menyebutkan namaku sebagai tanda salam perkenalan kepada mereka, mereka semua bersahabat, malah sangat bersahabat dan ramah dengan mahasiswa baru sepertiku yang mempunyai status lain sebagai kuli pabrik nan hanya kontrak di salah satu pabrik keramik di Indonesia.

"Do!" Kata beliau seraya menghentikan putaran lamunanku seketika .

"Di lantai 3 ini ada toilet mahasiswa di samping kiri tangga ini, musolla di sebelah kanan ini dan tempat Pingpong di ujung sana!" Matakupun melihat melewati arah yang ditunjukkan oleh telunjuk pak Han.

"Jadi, semoga kamu bisa memanfaatkan dan menjaga semuanya ini dengan

maksimal!" Kata beliau sambil berpesan semoga saja aku betah untuk belajar di kampus ini. Akupun mengangguk menyetujuinya. Setelah menjelaskan semuanya beliaupun kini meninggalkanku sendirian di lantai atas ini karena ada urusan lainya, sehingga akupun melanjutkan pengamatanku ke setiap sedut ruangan yang nantinya akan menjadi tempat belajarku ini dan sekaligus melihat pemandangan outdoor yang dapat aku saksikan dari sebuah jendelan yang tertempel di dinding bercat krem itu. Lumayan indah melihat sesuatu dari atas itu. Seru pikirku.

* * *

Sesaat kebimbanganku merayap ke tubuhku. Sempat aku merasa tak percaya bahwa aku benar - benar berdiri di tempat ini, di kampus ini, tempat aku menuntut ilmu nantinya, mengembangkan semua kemampuan dan mulai meraih impian. Dan...semuanya akan kumulai hari ini. Hari ini...Oh. Padahal sekitar 3 tahun sebelumnya aku salah satu pecundang besar untuk mengambil resiko sekecil apapun itu, bulan sebelumnya, sebelum aku untuk memutuskan kerja seraya kuliah. Karena itu adalah sebuah keputusan yang teramat besar bagiku mengingat fisikku yang kurus kering seperti pohon singkong meranggas sudah sering kelelahan, menahan rasa beban kerja yang berat, benar - benar berat ukuranku apalagi nanti aku mengambil kuliah pikirku waktu itu. Membayangkan saja aku tak mampu untuk semuanya itu. Jadi beberapa bulan bahkan dalam hitungan flashback tahun - tahun yang lalu hanya aku lalui dengan suatu rutinitas yang hampir sama bahkan seakan mengulang, melalui sebuah puzzle kehidupan yang itu - itu saja. Pagi mulai kerja ketika matahari baru muncul sekilas memperlihatkan wajah paginya, sorenya pulang ke kontrakan, dan menonton siaran televisi yang tak mendidik bahkan membodohkan para pemirsa terutama anak - anak dibawah umur yang hanya berisi omongan sana - sini tanpa isi. Dan kalau sempat sesekali membaca koran atau apalah yang kira - kira bisa mengisi waktu yang kosong. Ya hanya sekedar mengisi waktu, tetapi apakah hidup hanya sesederhana itu, sesimpel itu padahal seorang insan pasti diciptakan karena ada suatu tujuan dari sang khalik. Pikrankupun sempat beberapa kali bahkan lebih sering ketika tiap malam - malam tertentu aku menderita insomnia, selalu berpikir membaca melulu tetapi ada sesuatu yang kurang, hal yang ganjil nan sesuatu yang mengganjal untuk apa itu semua aku membaca tiap hari kadang bahkan tiap waktu. Saat itulah otakku berada dalam pusaran bintang - bintang kecil yang saling berkejar - kejaran tanpa henti tapi tanpa arah dan tujuan.

* * *

Suatu ketika,

"Do, membaca melulu, mengaapa tidak sekalian kuliah ?" Kata Alif teman satu kontrakanku yang aku bahkan tak menyangka pertanyaan itu akan muncul darinya. Seketika pertanyaan itu menohokku dengan tepat kepusat otakku sehingga membuatku diam sejenak, tak bisa berkata apapun. Yang kulakukan hanya memperhatikanya yang baru pulang kerja, dan mengawasiku dari tadi ketika aku sedang terjerembab dalam sebuah buku bacaan motivasi diri.

"Bukankah dengan kuliah, membaca manfaatnya akan lebih di dapat!" Lanjutnya bahkan sebelum aku menjawab pertanyaanya yang pertama, dan belum menemukan kenapa aku seketika merasa seperti tertampar oleh pertanyaan tadi. Dan kini otakkupun mulai mengirimkan sinyal - sinyal itu, seketika aku tersadar kembali seakan baru saja ditinggal rohku sementara untuk bertamasya sebentar. Dan aku berpikir benar juga ya katanya, kata dari seorang buruh kontraktor pabrik sama di PT SKI hanya nasibnya yang tak lebih beruntung sedikit dariku. Maklum seorang kontraktor yang gajinya belum UMK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun