Standar Ganda Masyarakat
Kisah Arif dan Budi mengungkap standar estetika yang kompleks dan terkadang kontradiktif di tengah masyarakat. Arif dipuji sebagai pahlawan karena membunuh kecoak, makhluk yang dianggap menjijikkan dan berbahaya. Sebaliknya, Budi dihukum secara sosial karena membunuh kupu-kupu, yang dilihat sebagai simbol keindahan dan kehidupan.
Standar ini mencerminkan bagaimana persepsi kita terhadap makhluk hidup dipengaruhi oleh penampilan, peran dalam ekosistem, dan nilai-nilai budaya. Kecoak, yang dianggap membawa penyakit dan kotoran, menjadi target pembasmian yang diangap heroik. Sementara itu, kupu-kupu, yang dihargai karena keindahannya, dilindungi dengan nilai-nilai moral yang kuat.
Namun, kisah ini juga mengajak kita untuk merenung tentang relativitas moralitas dan tindakan kita terhadap makhluk hidup. Mengapa pembunuhan satu makhluk dianggap heroik, sementara yang lainnya dianggap kejam? Tidakkah setiap kehidupan memiliki nilai yang layak dihormati, terlepas dari bagaimana kita memandangnya secara estetika?
Dengan memahami dan mengkritisi standar estetika ini, kita diajak untuk lebih bijaksana dalam memperlakukan semua makhluk hidup. Arif dan Budi, meskipun memiliki niat yang berbeda, mengajarkan kita bahwa tindakan manusia terhadap alam seharusnya didasarkan pada penghormatan terhadap semua bentuk kehidupan, bukan semata-mata berdasarkan penampilan atau persepsi budaya yang terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H