Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

International Womens Day: Persembahan untuk Wanita Sepertiga Malam

8 Maret 2024   21:10 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:09 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam cinta untuk semua wanita di dunia ini, di tengah dunia yang mungkin kadang tak sepenuhnya ramah bagi mereka, di mana seringkali wanita dianggap lebih rendah. Lupakanlah mereka yang terlupa akan jasa wanita, yang telah melahirkan kehidupan ini. Wanita, lambang keagungan suatu negara. Untuk memahami suatu negara, lihatlah keberadaan para wanitanya.

Tulisan ini kutuangkan sebagai penghormatan untuk sosok wanita yang telah menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan kata-kata ini.

Ketika merenung tentang sosok wanita, aku merasakan begitu banyak manfaat yang dapat kutimba. Wajahnya yang memancarkan senyum karamel, seperti obat penenang bagi jiwa pria sepertiku.

Terkadang aku bisa merasakan kehangatan dalam pelukannya, seolah-olah aku diselimuti oleh kelembutan perawat di kota seni. Dedikasinya yang tinggi dalam melayani masyarakat, merawat ibu hamil dengan penuh kasih, pengalaman berharga dari seorang wanita pejuang.

Aku kadang-kadang menatap wajahnya yang sayu, melihat kecantikan kota Giri Gresik yang mempesona. Bahkan lebih dari itu, aku melihat perpaduan kecantikan kota santri dengan warna jingga senja yang memukau dalam sebuah potret pantai yang anggun. Pemandangan itu adalah anugerah Tuhan yang ingin kuceritakan.

Tanpa pernah bertemu, aku mengenal sosok yang menginspirasi untuk maju. Wanita muda yang pengabdiannya telah dikenal di mana-mana. Tumbuh di tengah polusi udara kota santri, ia menyatu dalam senyuman indah bertemakan gunung di tepi pantai.

Kelahirannya adalah simbol kemerdekaan yang selalu dinantikan, merdeka dari gundah gulana desakan kota. Semangatnya membara, karakteristik yang membuatnya unik dan istimewa.

Wajah itu membawa cerita tentang matahari terbenam di Pantai Kartini, memancarkan kehangatan seperti embun pagi di tengah taman bunga yang mekar. Kulitnya seperti kanvas halus yang mencerminkan sejarah dan budaya, sebagai perpaduan antara keanggunan tradisional dan semangat modern.

Setiap langkahnya, dia seakan menari di atas kisah-kisah masa lalu. Seperti penari tradisional yang memikat hati dengan gerakan yang lembut, mereka melangkah melalui zaman dengan keanggunan dan ketegasan. Kota tempat tinggalnya ini menjadi panggung untuk menampilkan keunikan dan kecantikan sejati.

Dalam setiap senyumnya, dia membawa kebaikan seperti embun yang menyegarkan. Dia adalah pelukis tak terlihat, menciptakan lukisan keindahan dengan kelembutan dan kearifan. Kecerdikannya seperti air yang mengalir melalui Sungai Bengawan Solo, mengalir dengan kebijaksanaan dan kehangatan.

Pada mata indah itu terpantul impian-impian besar yang menjadikannya sebagai pemeran dalam panggung utama. Wanita itu bukan hanya saksi bisu, melainkan penjaga keabadian kota yang dicintai. Dia adalah penjaga api yang menyala di Candi Wringin Lawang, menerangi setiap langkah perjalanan sejarah kota ini.

Kota itu, dengan segala keindahannya, adalah mahakarya yang dipersembahkan oleh wanita kuat seperti dirinya. Dia seperti bunga yang tumbuh di Taman Flora Wisata Santerra, mekar di tengah-tengah tantangan dan memberikan warna pada kisah hidup setiap individu. Kota ini hidup dan bernyanyi melalui setiap napas wanita itu.

Dengan setiap hembusan angin, dia menyampaikan aroma harum dari rempah-rempah khas kota santri, menciptakan atmosfer cinta yang melingkupi kota. Wanita ini adalah seuntai puisi romantis yang diterjemahkan dalam setiap seruan ombak di Pantai Dik Latumahina, memperdengarkan lagu asmara yang tak pernah pudar.

Ingin sekali aku merinci sebuah pulau indah yang ingin kutuju bersamanya. Pulau yang tak banyak orang kenal, tapi keyakinanku membuat hati ini yakin bahwa mengajaknya kesana adalah bukti bahwa ciptaan Tuhan jauh lebih indah dari pemandangan alam.

Ia ambisius dalam mengejar impian, sering mengungkapkannya dalam lantunan suara indahnya. Airmata dari kedua mata indah itu, aku rasa, tak layak jatuh, kecuali sebagai simbol kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun