Di sekeliling kompleks, terdapat bebatuan candi yang telah ditata rapi. Bebatuan tersebut merupakan bagian dari bangunan candi yang runtuh akibat gempa dan belum sempat dipugar kembali. Meskipun sekilas nampak seperti reruntuhan, namun kompleks candi tertata dengan baik. Bebatuan yang terserak dan terpisah dari bangunan diletakkan memanjang pada setiap sisi kompleks candi. Rerumputan di areal candi yang terawat serta rimbunnya pepohonan di sekeliling memberikan kesan sejuk dan asri.
Tak banyak informasi yang didapat. Hanya tersaji sekeping informasi yang tertulis di papan. Setidaknya cukup memberikan pengantar untuk mengenal Candi Gunung Wukir. Saya pun berusaha mengingat-ingat kembali pelajaran sejarah yang telah menjadi masa lalu. Sepertinya Candi Gunung Wukir tak banyak ditulis dalam buku sejarah, hanya prasasti Canggal saja yang cukup terkenal. Dalam selancar singkat, tak banyak artikel yang tersedia di google. Namun itu sudah cukup memandu tur keliling candi.
Dari salah satu sudut yang dinaungi pohon bambu yang menjulang, nampak kompleks candi yang bersahaja. Sebagai orang awam, saya hanya melihat Candi Gunung Wukir sebagai reruntuhan bangunan masa lampau. Dan hanya bisa mengagumi hasil pekerjaan para arsitek dan tukang yang dapat bertahan hingga lebih dari satu milenium.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H