Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wisata Eksklusif Candi Borobudur, Hanya untuk Orang Kaya?

8 Juni 2022   13:37 Diperbarui: 8 Juni 2022   15:38 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan harganya yang kemahalan, tapi Anda bukanlah target pasarnya. Itulah kata mutiara yang sering kita dengar saat banyak orang menganggap harga suatu barang terlampau mahal termasuk ketika menanggapi rencana kenaikan harga tiket Candi Borobudur menjadi sebesar Rp750 ribu. 

Harga yang dinilai sangat mahal terutama bagi masyarakat sekitar Jawa Tengah dan Jogja yang UMR nya Rp1,8 juta. Di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit, rasanya hampir tidak mungkin bagi warga lokal berpenghasilan UMR menghamburkan uang setengah bulan gaji untuk piknik ke Candi Borobudur.

Kenaikan harga tiket Candi Borobudur itu baru rencana, namun menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat. Ada yang setuju, namun banyak pula yang protes. Harga tiket Rp750 ribu dinilai sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan salah seorang Biksu dari Vihara Mendut sangat menyayangkan rencana pemerintah untuk menaikkan harga tiket tersebut. 

Mengutip kompas.com, dalam keterangan resminya, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera menyatakan,"Jadi jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah. Tentu hal ini sangat tidak mungkin." Beliau juga menambahkan bahwa banyak umat Buddha dari pedesaan akan kesulitan untuk beribadah ke Candi Borobudur jika harga tiket ditetapkan semahal itu.  

Rencana penetapan harga tiket tersebut hanya dikenakan bagi wisatawan yang ingin naik ke candi saja. Sementara harga tiket masuk umum yakni Rp50 ribu tidak ada perubahan, dikenakan kepada pengunjung untuk masuk ke kawasan candi hingga pelataran. Bagi pelajar mendapat harga khusus sebesar Rp5.000, sedangkan wisatawan asing dikenakan US$100. 

Alasan kenaikan harga tiket dilatarbelakangi karena ancaman kerusakan Candi Borobudur akibat banyaknya kunjungan wisatawan yang sangat banyak. Dengan kenaikan harga tiket tersebut diharapkan dapat mengurangi pengunjung yang dapat naik ke atas Candi, di samping pemberlakuan kuota 1.200 pengunjung/hari. 

Pembatasan ini mungkin juga ditujukan untuk mengurangi para pengunjung kampungan yang seringkali melanggar aturan saat naik ke candi. 

Larangan menaiki/menduduki stupa yang sudah terpampang jelas masih saja ada yang melanggar. "Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha.", ujar Luhut Binsar Panjaitan pada 5 Juni 2022 dalam tempo.co. 

Jadi masyarakat sipil yang ingin naik ke candi akan diseleksi melalui harga tiket. Bagi yang bersedia bayar mahal dapat naik ke atas, bagi yang punya duit terbatas cukup menonton dari pelataran saja. Sekali lagi privilege bagi orang kaya untuk "menikmati" Candi Borobudur secara utuh.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, terakhir kali saya ke Candi Borobudur. Dari bawah, tampak payung warna-warni di berbagai sudut candi melindungi pemegangnya dari terik Matahari siang itu. Jalur tangga candi padat merayap, banyak yang foto-foto di sana termasuk rombongan kami. 

Di bagian teras candi tampak relatif sepi, sementara di bagian puncak cukup ramai. Banyak terlihat rombongan keluarga, orangtua beserta anak-anaknya. 

Saat itu, Candi Borobudur adalah salah satu tempat rekreasi keluarga terbaik. Namun mungkin kelak banyak orangtua yang hanya bisa mengajak anak-anaknya sampai di pelataran, melihat para tamu VIP naik ke candi. Tak mungkin membiarkan anaknya yang masih kecil naik sendirian, sementara orangtuanya hanya bisa menunggu di bawah.

Penetapan kuota pengunjung di Borobudur sangat tepat untuk menjaga kelestarian candi. Namun kurang elok rasanya jika menyeleksi pengunjung dengan cara menaikkan harga tiket secara ugal-ugalan, seolah hanya mengizinkan orang kaya saja naik ke Candi Borobudur. 

Melalui akun Facebook Medkom Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera memberikan pernyataan sebagai berikut:

Diberlakukannya kuota 1.200 orang per hari yang boleh naik ke atas candi memang sangat perlu untuk  penyelamatan candi, tetapi selayaknya tanpa harus membayar sangat-sangat mahal bagi orang "miskin". Kalau pada hari itu kuota sudah penuh, dimohon saja naik pada hari berikutnya atau hari yang lain. Kalau pengunjung tidak mau atau tidak bisa naik pada hari lain, ya sudah! Apalagi pendaftaran bisa dilakukan melalui 'on line'. Biarlah umat Buddha sabar menanti antrian bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara Muslim yang juga sabar menanti antrian naik haji sampai beberapa tahun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun