Di bagian teras candi tampak relatif sepi, sementara di bagian puncak cukup ramai. Banyak terlihat rombongan keluarga, orangtua beserta anak-anaknya.Â
Saat itu, Candi Borobudur adalah salah satu tempat rekreasi keluarga terbaik. Namun mungkin kelak banyak orangtua yang hanya bisa mengajak anak-anaknya sampai di pelataran, melihat para tamu VIP naik ke candi. Tak mungkin membiarkan anaknya yang masih kecil naik sendirian, sementara orangtuanya hanya bisa menunggu di bawah.
Penetapan kuota pengunjung di Borobudur sangat tepat untuk menjaga kelestarian candi. Namun kurang elok rasanya jika menyeleksi pengunjung dengan cara menaikkan harga tiket secara ugal-ugalan, seolah hanya mengizinkan orang kaya saja naik ke Candi Borobudur.Â
Melalui akun Facebook Medkom Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera memberikan pernyataan sebagai berikut:
Diberlakukannya kuota 1.200 orang per hari yang boleh naik ke atas candi memang sangat perlu untuk  penyelamatan candi, tetapi selayaknya tanpa harus membayar sangat-sangat mahal bagi orang "miskin". Kalau pada hari itu kuota sudah penuh, dimohon saja naik pada hari berikutnya atau hari yang lain. Kalau pengunjung tidak mau atau tidak bisa naik pada hari lain, ya sudah! Apalagi pendaftaran bisa dilakukan melalui 'on line'. Biarlah umat Buddha sabar menanti antrian bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara Muslim yang juga sabar menanti antrian naik haji sampai beberapa tahun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H