Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertahan dalam Belantara Sawit

4 Februari 2020   11:46 Diperbarui: 4 Februari 2020   11:52 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hutan sawit (dok. pribadi)

Masyarakat lokal cenderung kesulitan jika dihadapkan dengan pola kerja yang menuntut kedisiplinan. Dulu mereka hanya kerja di waktu tertentu dan tidak terikat jam kerja. Sekarang mereka harus kerja 8 jam sehari dengan target yang ditentukan. Maka tidaklah mengherankan jika orang lokal sering dianggap pemalas. Mereka memang masih belum terbiasa bekerja dengan berbagai aturan perusahaan yang mengedepankan produktivitas.          

Kini masyarakat lokal makin tersisih. Lahan garapan sudah terlanjur diserahkan kepada perusahaan. Mungkin mereka punya jatah kebun sawit kemitraan. Namun penghasilan bulanan tak bisa dijadikan pegangan mengingat nominal yang kecil jika dipotong angsuran kredit kebun sawit. Kalaupun kredit sudah lunas, masih ada fluktuasi harga sawit yang menentukan besar kecilnya pendapatan mereka. Kalau ingin bekerja di perusahaan sawit, mereka harus bersaing dengan para pendatang.

Meski sudah jadi pekerja di perusahaan, namun status mereka hanyalah harian lepas tidak jelas. Ada seorang warga di Kalimantan Barat yang mengeluh tidak mendapat apa yang telah dijanjikan setelah menyerahkan lahannya ke perusahaan. Dia merasa jam kerja yang diberikan oleh perusahaan kurang banyak sehingga upah yang diterima pun dirasa kurang. Namun tak banyak yang bisa mereka perbuat, tidak punya daya tawar, tak punya kekuatan.

Masuknya perkebunan sawit menjadi tantangan bagi masyarakat yang mengalami masa peralihan dari pola hidup subsisten menjadi pola hidup di lingkungan industri. Dulu dengan kemampuan berburu dan memanfaatkan hasil hutan, mereka dapat hidup berkecukupan. Namun sekarang di lingkungan industri, keterampilan tradisional mereka kurang bermanfaat seiring makin menyusutnya hutan. Pada akhirnya mereka yang dapat menyesuaikan diri akan menikmati hasil berlimpah. Namun bagi yang tidak dapat beradaptasi akan tersisih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun